Kutukan apa yang memayungi negeri ini, mebuat tragedi begitu betah datang silih berganti tidak mengenal ruang dan waktu. Awal bulan Januari tahun 2017 berita duka menghiasi muka media cetak maupun online.
Baru saja kita saksikan tewasnya satu keluarga yang melibatkan kendaraan bermotor roda dua dengan truk kontainer di Kabupaten Maros, berita serupa terjadi di daerah Kebon Jeruk Jakarta Barat, Senin (9/1/2017) pagi.
Peristiwa berdarah tersebut merenggut korban jiwa seorang mahasiswi Universitas Esa Unggul bernama Tri Ariyani Puspo Arum (22), sapaan Arum mirip putri saya. Yang beralamat di Jalan H Asmat, Ujung, Perumahan Kebon Jeruk Baru, Jakarta Barat. Tri Ariyani tewas mengenaskan bersimbah darah dengan bekas tusukan dileher di dalam kamar mandi Puspo Arum (22) pertama kali ditemukan oleh pacarnya yang bernama Zainal pukul 08.30 WIB, diduga sudah tak bernyawa, segera menghubungi rekan kerja korban bernama Hernita untuk meminta bantuan mencarikan kendaraan dan membawanya ke Rumah Sakit. Na’as nyawa korban tidak terselamatkan saat perjalanan ke rumah sakit akibat kehabisan darah.
Sebagaimana diberitakan kompas.com dalam pembunuhan tersebut, terdapat tiga jenis barang korban yang raib, diantaranya, Laptop, Handphone dan Dompet, tega sekali manusia ini habis membunuh mencuri pula. Sel-sel dalam otak mengalami komplikasi. Kenaikan harga cabai rupanya menebar virus “kepedasan” dan “kepanasan” mengacaukan sistem keseimbangan berpikir manusia. Sehingga “pedasnya” merangsang manusia berbuat keji dan menjadi raja tega yang menjarah kehidupan sesama.
Tersirat langkanya cabai di pasaran membuat kita kelabakan, bahkan sudi berbuat gila. Begitu kok disebut manusia. Padahal dari penciptaannya, manusia terbuat dari tanah yang sifatnya menyejukkan, sedangkan setan dari api yang sifatnya membara. Akan tetapi kenyataannya tat kala membaca berita, isu, sumpah serapah, caci maki yang tak kalah pedas dari cabai dilakukan oleh manusia, bukan perbuatan syetan yang terkutuk, hmm!.
Menurut laporan pihak kepolisian dalam hal ini AKBP Eko Hadi Santoso (Kasat Reskrim Polres Metro Jakarta Barat), “Benar telah melakukan investigasi di TKP, belum memastikan motif pembunuhan mahasiswi salah satu perguruan tinggi swasta di Jakarta murni perampokan atau ada motif lainnya.” Ungkapnya.
Pelakuknya masih misterius, masih dalam penyelidikan pihak polisi. Pedas dan mengerikan berita pembunuhan ini, betapa tidakseorang gadis/mahasiswi sedang menuntut ilmu guna meraih titel sarjana, justru berujung tewas mengenaskan bersimbah darah di dalam kamar mandi tempatnya indekost. Berdasar informasi yang saya baca, mahasiswi bernama Tri Ariyani Puspo Arum (22) beralamat di Sumur Batu Rt. 12 Rw. 05 Cempaka Baru, Kemayoran Jakarta Pusat. Makna rasa pedas cabai pada takaran tertentu justru menyehatkan. Zat capsaicin pada cabai yang memiliki peran utama memberi rasa pedas dan panas dapat menghentikan penyebaran sel-sel kanker prostat melalui berbagai mekanisme.
Berbeda dengan rasa “pedas” dan “panas” konotatif yang ditimbulkan oleh serangan seseorang atau sekelompok orang yang menusuk kalbu kemanusiaan menandakan masih bangga akan berbuat dosa dan terlaknat. Sekiranya lumrah jika Tuhan sengaja menguras air mata Hamba-NYA agar berfikir sebelum bertindak, mengajak kembali ke jalan yang benar.
Wallahu A’lam Bishowaf.
Makassar, 11 Januari 2017