Sambal masih menjadi pilihan utama, tetapi tanpa kehadiran kerupuk kurang lengkap juga. Paling enak itu waktu makan nasi anget dibarengi sambel korek, atau sambal bawang, atau sambal terasi bahkan sambel ijo, kedua lauk murah meriah ini cukup melupakan hiruk pikuk pesta demokrasi yang konon paling buruk abad ini.
Keberadaan sambal dan kerupuk saling melengkapi, rasa kriuknya itu kian menambah selera makan. Menurut lidah saya keduanya sama-sama menggiurkan banget.
Secara pribadi makan nasi dengan kerupuk dan sambal terkadang membayangkan sesuatu yang baik dan memotivasi, dimana kerenyahannya begitu sulit terlupakan, selera makan bertambah, terus nasinya ngebul-ngebul, kenikmatan kerupuk dan sambal mengalahkan mahalnya pizza maupun spaghetti ala Italia.
Meskipun kerupuk acapkali dikatakan menu hidangan pelengkap saja. Toh demikian tanpa kerupuk hidangan makan ada kurangnya. Sebaliknya, sambal merupakan doktrin sebuah keharusan mendekati wajib, karena tanpa sambal makan jadi kurang selera. Kerupuk acapkali sebagai ikon perlombaan pesta Kemerdekaan Indonesia.Nah, bicara soal lomba tujuh belasan, salah satu yang paling digemari dan kerupuk tak pernah absen mendampingi nasi.
Dibalik perlombaan makan kerupuk memiliki makna begitu luar biasa, dimana kehidupan masa penjajahan yang serba terbatas, masyarakat Indonesia kala itu kesulitan untuk memenuhi kebutuhan pangan.Â
Kerupuk merupakan saksi bisu dari kesetaraan, dimana makanan ini bisa dinikmati dan disukai oleh semua kalangan, Â baik orang kaya maupun miskin. Karena itulah lomba ini hadir sebagai pengingat bahwa bangsa Indoensia pernah merasakan kesulitan dimasa penjajahan dan harus selalu menjaga persatuan, jangan lagi dipersulit dengan lonjakan harga kebutuhan pokok, khususnya selama bulan suci ramadhan.
Berbicara kerupuk, mengingatkan pengalaman pribadi saya waktu melakukan perjalanan dinas ke daerah. Berawal dari perjalanan menuju daerah Camba Maros bersama 3 orang teman, di tengah tengah perjalanan kami terjebak kemacetan tingkat dewa, lebih kurang 4 jam lamanya terjebak kemacetan yang disebabkan mogoknya sebuah mobil truk gandeng, melihat kondisi seperti ini, isi perut tidak mau diajak kompromi.
Keroncongan luar biasa, lah kok tepat di depan kami penjual sembako keliling turut dalam rombongan macet tersebut. Saya pun iseng bertanya kepada teman-teman dalam mobil,"lapar nggak itu di depan ada penjual sayuran, siapa tahu ada kue dibawa."
Bergegas saya turun menghampiri mobil sayuran tersebut, untuk menanyakan dagangan apa saja yang dibawanya. "bang ada kue atau semacamnya buat ganjal perut."Tanyaku.
Dijawbnya singkat, "tidak ada, selain sayuran dan kerupuk saja." Jelalatan mataku melihat seluruh barang dagangannya, ternyata benar, hanya ku dapati sayur dan beberapa bungkus kerupuk putih terhantung di aksesoris mobilnya. "tidak ada kue selain sayuran dan kerupuk," tanyaku kepada teman dari luar mobil dan memang waktu itu banyak penumpang turun dari kendaraan lantaran sengatan terik matahari.
"Sebagai pengganjal perut beli saja kerupuknya."Â ujar teman dari dalam mobil. Tanpa berlama-lama beberapa bungkus kerupuk rambak putih yang tergantung tadi kami borong semua, sesampainya dalam mobil kerupuk kami santap guna menggajal perut yang keroncongan tadi.