Sampai kapan???, kekerasan pada anak di Indonesia berakhir, apa tidak malu, pemberitaan berulang-ulang hanya itu-itu terus #tranding topic, tidak ada yang lebih cerdas kah???
Untuk orang tua, termasuk saya pribadi, agar selalu peka dan berhati-hati, apalagi dalam catatan kasus-kasus kekerasan anak biasanya dilakukan orang dekat.
“Orang tua biasanya juga lengah karena kesibukan. Jika anak mengalami kekerasan seksual pasti ada perubahan-perubahan sikap. Hal tersebut yang biasanya tak disadari orang tua hingga kasus bisa terjadi berulang-ulang.”
***
PEMBERITAAN- kekerasan pada anak masih menjadi momok menakutkan. Bahkan, kasusnya makin marak terjadi, baik di sekolah maupun dilingkungan keluarga sendiri.
Tak ada lagi tempat aman buat berpijak kaki-kaki mungil tak berdosa. Melihat kekerasan terjadi pada anak-anak seperti ini, sungguh sangat disayangkan. Lalu!!!, jika hal ini sudah terjadi, ke manakah harus melapor?
Media memang jeli melaporkan terjadinya kekerasan hingga mampu meningkatkan oplah. Jadi masyarakat tahu kemana harus melaporkan setiap kejadian kekerasan terhadap anak. Tidak salah??? Karena tugas pokok “kuli tinta” memberi berita, dimana letak kesalahannya?? Suguhan berita tersaji, bukan malah menurun tapi mengalami peningkatan begitu hebat, kasus kekerasan setiap tahunnya seperti fenomena gunung es.
Ditemukannya jasad anak dalam kardus merupakan bukti otentik, bahwa indonesia siaga 1 (satu). jangan anggap sepele, dampak muramnya perekonomian salah satu pencetus terjadinya kekerasan baik fisik maupun mental semacam bullying, kekerasan seksual atau kejahatan lain seperti penculikan, jeratan narkoba dan banyak lagi yang bisa mengancam keselamatan anak manusia.
Musibah pencabulan diduga dilakukan oleh satpam sekolah SD Bakung II Sudiang-Makassar, dapat dikatakan cukup mencoreng “pelindung” negara kita. Bukan hanya soal kelalaian menjalankan tugas saja, tapi juga kontaminaasi racun PHK, Korupsi, Kolusi, Nepotisme membuat manusia “sakit jiwa.” Seyogianya seorang satpam bertugas mengamankan lokasi tempatnya bekerja bukan malah “pagar makan tanaman.” Hingga kini "oknum satpam" masih mendekam di Hotel Prodeo. Boleh jadi "oknum" lolos dari jerat, tanpa dibarengi visum DNA, serta bukti akurat.
"Kami tidak bermaksud menyalahkan pihak-pihak tertentu. Hanya mengingatkan, sekali lagi mengingatkan semua pihak termasuk diri saya, bahwa hal-hal sederhana semacam ini bisa kita lakukan sebagai sebuah langkah preventif agar tidak terjadi lagi tindak kekerasan maupun kejahatan pada anak," kata ku.
Tingkat kejahatan terhadap anak telah mencapai titik nadir, dan semoga pelaku KEBINATANGAN ini segera berakhir. Amin
Makassar, 8 Oktober 2015