Ketika berbicara tentang kuliner Jawa, ada satu hidangan yang selalu hadir sebagai pengingat akan kesederhanaan, kehangatan, sekaligus kearifan lokal: pecel. Makanan ini terdiri dari aneka sayuran rebus yang kemudian diguyur sambal kacang, sering ditemani nasi putih, rempeyek, atau tempe goreng. Sekilas memang tampak biasa, namun jika ditelusuri lebih dalam, pecel bukan hanya makanan, melainkan representasi budaya, identitas, dan filosofi hidup orang Jawa.
Pecel lahir dari kesederhanaan. Masyarakat Jawa yang agraris terbiasa hidup berdampingan dengan alam, mengandalkan hasil bumi untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Sayuran yang digunakan dalam pecel sebagian besar berasal dari kebun atau ladang sekitar rumah, mulai dari kangkung, bayam, hingga tauge. Kehadiran sambal kacang sebagai pelengkap membuat pecel bukan hanya mengenyangkan, tetapi juga kaya rasa. Inilah yang membuat pecel begitu dekat dengan kehidupan orang Jawa: sederhana, murah, tetapi tetap mampu memberi energi dan kebahagiaan. Kesederhanaan ini bahkan mengandung makna filosofis. Orang Jawa menjunjung tinggi harmoni atau "rukun" dalam kehidupan sehari-hari. Pecel dengan berbagai macam sayuran berbeda yang dipersatukan oleh sambal kacang menjadi simbol nyata bagaimana perbedaan bisa melebur dalam satu kesatuan yang harmonis.
Rahasia utama dari kelezatan pecel terletak pada sambal kacangnya. Sambal ini adalah "jiwa" dari pecel, yang membedakan hidangan tersebut dari sekadar sayuran rebus biasa. Rasa gurih dari kacang tanah, manis dari gula jawa, pedas dari cabai, ditambah aroma segar kencur menciptakan harmoni rasa yang unik. Menariknya, tiap daerah memiliki ciri khasnya sendiri. Pecel Madiun, misalnya, terkenal dengan rasa pedas yang kuat, sementara pecel khas Yogyakarta lebih condong ke manis. Ada pula variasi sambal pecel yang ditambah jeruk purut atau daun kemangi untuk memberikan aroma yang lebih segar. Perbedaan ini menunjukkan fleksibilitas pecel sebagai kuliner yang mampu beradaptasi dengan selera lokal, tanpa kehilangan identitasnya.
Selain kaya rasa, pecel juga murah meriah. Dengan uang belasan ribu rupiah, siapa saja bisa menikmati sepiring nasi pecel lengkap dengan lauk tambahan. Hal ini menjadikan pecel sebagai makanan yang benar-benar merakyat. Tidak peduli apakah seseorang berasal dari kalangan sederhana atau menengah ke atas, semua orang bisa merasakan kelezatan pecel. Lebih dari itu, pecel adalah makanan yang lintas waktu. Ia bisa hadir sebagai sarapan di pagi hari, santapan cepat saat makan siang, bahkan teman sederhana di malam hari. Pecel dengan mudah ditemui di warung pinggir jalan, pasar tradisional, hingga restoran yang lebih modern.
Yang menarik, pecel bukan hanya lezat dan murah, tetapi juga menyehatkan. Sayuran rebus di dalamnya kaya akan serat, vitamin, dan mineral yang penting bagi tubuh. Sambal kacang menyumbang protein nabati sekaligus lemak sehat. Penelitian dari Kementerian Kesehatan RI (2021) menunjukkan bahwa konsumsi sayuran berperan penting dalam mencegah penyakit kronis seperti diabetes, hipertensi, dan jantung. Dengan demikian, pecel bukan hanya bagian dari warisan kuliner tradisional, tetapi juga makanan yang relevan dengan tren hidup sehat masa kini. Di era ketika banyak orang mulai kembali mencari makanan alami dan minim pengolahan, pecel justru semakin menemukan relevansinya.
Lebih jauh, pecel memiliki nilai simbolik dalam konteks budaya. Ia kerap hadir dalam acara-acara penting masyarakat Jawa, baik itu hajatan, syukuran, maupun jamuan keluarga. Pecel menghadirkan nuansa kebersamaan, di mana orang duduk melingkar, menyantap makanan sederhana, dan saling berbagi cerita. Hal ini mempertegas posisi pecel bukan hanya sebagai makanan, tetapi juga medium sosial yang membangun keakraban. Sejarawan kuliner Fadly Rahman (2016) menyebutkan bahwa makanan tradisional Nusantara sering kali memiliki fungsi sosial dan kultural yang lebih dalam, tidak semata-mata sebagai pengisi perut. Pecel menjadi salah satu bukti nyata bagaimana kuliner bisa mencerminkan nilai budaya dan filosofi masyarakatnya.
Dalam perjalanan sejarahnya, pecel juga telah melampaui batas daerah asalnya. Nama "Pecel Madiun" kini dikenal luas bahkan hingga ke mancanegara sebagai salah satu ikon kuliner Indonesia. Keberhasilan ini menunjukkan bahwa pecel memiliki daya tarik universal. Ia sederhana namun otentik, fleksibel namun tetap berakar kuat pada budaya Jawa.
Rahasia kenapa pecel selalu jadi menu andalan orang Jawa pada akhirnya bisa dirangkum dalam beberapa hal penting: kesederhanaan yang penuh makna, kelezatan sambal kacang yang khas, harga yang merakyat, manfaat kesehatan yang nyata, serta identitas budaya yang melekat kuat. Pecel adalah cermin bagaimana makanan bisa menjadi bagian tak terpisahkan dari identitas suatu masyarakat. Di tengah maraknya makanan modern dan instan, pecel tetap bertahan sebagai pilihan lintas generasi. Ia bukan sekadar menu makan, tetapi juga cerita tentang kehidupan, harmoni, dan kebanggaan budaya.
Mungkin itulah mengapa dari masa ke masa, pecel tak pernah kehilangan penggemarnya. Justru sebaliknya, ia terus diwariskan, dikenang, dan dirayakan sebagai bagian dari jati diri orang Jawa. Di setiap suapan pecel, ada rasa, sejarah, sekaligus filosofi yang membuatnya lebih dari sekadar makanan.
Referensi:
Kementerian Kesehatan RI. (2021).Â
Pedoman Gizi Seimbang. Jakarta: Kemenkes.
Rahman, Fadly. (2016). Jejak Rasa Nusantara: Sejarah Makanan Indonesia. Jakarta: Gramedia.
BBC Indonesia. (2019). Pecel Madiun, Kuliner Khas yang Mendunia.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI