Mohon tunggu...
Pipit Indah Oktavia
Pipit Indah Oktavia Mohon Tunggu... Fresh Graduate dari Fakultas Hukum Universitas Jember

Menulis bukan karena tahu segalanya, tapi karena ingin belajar lebih banyak. Lulusan Fakultas Hukum Universitas Jember yang percaya bahwa perspektif bisa tumbuh dari cerita sederhana. Di Kompasiana, saya ingin berbagi, bukan menggurui.

Selanjutnya

Tutup

Parenting

Anak Zaman Sekarang Gak Bisa Dimarahin, Atau Kita yang Gagal Paham?

7 Juli 2025   09:10 Diperbarui: 7 Juli 2025   09:10 71
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Zaman boleh berubah, tapi satu hal tetap sama: setiap generasi tua pasti merasa generasi muda terlalu "berbeda" dari mereka. Di era sekarang, keluhan yang paling sering terdengar dari orang tua, guru, atau orang dewasa pada umumnya adalah "anak sekarang tuh gak bisa dimarahin". Padahal, kalimat ini sendiri menyimpan ironi. Bukankah sebenarnya bukan soal anak gak bisa dimarahin, tapi kita yang belum ngerti cara menegur dengan cara yang mereka bisa pahami?

Kita hidup di zaman di mana informasi bergerak jauh lebih cepat dibanding pola asuh yang berkembang. Anak-anak sekarang lahir dan tumbuh di era digital. Mereka bisa mendapatkan validasi, informasi, bahkan pelarian, hanya dalam satu klik. Jadi, ketika kita datang dengan cara komunikasi satu arah, bernada keras, atau menyudutkan tanpa ruang dialog, wajar kalau mereka malah membangun dinding. Bukan karena mereka gak sopan atau lemah, tapi karena mereka punya banyak ruang lain untuk merasa "didengar"sesuatu yang kadang gagal kita berikan sebagai orang dewasa.

Menurut laporan dari UNICEF (2021), remaja masa kini jauh lebih sensitif terhadap isu kesehatan mental, keadilan sosial, hingga kebutuhan akan identitas yang otentik. Ini bisa menjadi peluang besar kalau dipahami, tapi juga bisa jadi ladang konflik kalau disalahpahami. Anak sekarang lebih banyak berpikir kritis, bertanya, membandingkan, dan menolak hal-hal yang tidak sesuai logika mereka bahkan dari orang tuanya sendiri.

Jadi, ketika mereka menunjukkan ketidaknyamanan saat dimarahi, bisa jadi itu bukan karena mereka "manja" atau "baperan", tapi karena cara menyampaikan kita yang masih berkiblat pada pendekatan masa lalu: keras, kaku, dan penuh asumsi. Padahal, menurut psikolog anak dan remaja, pendekatan yang lebih efektif sekarang adalah komunikasi yang empatik, asertif, dan berbasis pengertian, bukan intimidasi.

Hal lain yang perlu direnungkan adalah, seberapa sering kita sebagai orang dewasa benar-benar mendengarkan anak? Jangan-jangan kita cuma ingin mereka diam dan menurut, bukan tumbuh menjadi individu yang bisa berpikir dan merasa. Kalau selama ini anak hanya diminta patuh tanpa ruang untuk menyampaikan pendapat, maka ketika mereka mulai "melawan", itu bukan tanda keras kepala tapi mungkin satu-satunya bentuk ekspresi yang tersisa bagi mereka.

Pola asuh otoriter yang mungkin dulu dianggap efektif, kini tak lagi relevan. Generasi hari ini membutuhkan pendekatan yang mendidik tanpa merendahkan. Mereka tidak anti-teguran, tapi butuh proses yang membangun, bukan merobohkan mental. Dalam parenting modern, hal ini dikenal sebagai pendekatan positive discipline, di mana anak tetap dibimbing dengan tegas, namun tetap dihargai sebagai individu yang punya suara.

Mendidik anak memang bukan tentang menghindari konflik, tapi bagaimana menyelesaikan konflik itu dengan kepala dingin dan hati yang terbuka. Teguran tetap perlu, tapi dengan alasan yang jelas, nada yang tenang, dan niat untuk memperbaiki bukan melampiaskan emosi atau memaksakan kehendak.

Apakah ini artinya orang tua gak boleh marah? Tentu boleh. Orang tua juga manusia. Tapi kemarahan yang tidak terkontrol sering kali hanya menutup pintu komunikasi, bukan membuka jalan solusi. Ketika anak merasa disalahkan terus-menerus, bukan dimengerti, mereka akan menjauh. Dan saat itu terjadi, kendali sebagai orang tua pelan-pelan hilang, bukan karena anaknya bandel, tapi karena kepercayaan mereka runtuh.

Mungkin kita perlu berhenti sejenak dan bertanya: apa tujuan kita memarahi? Untuk mengontrol? Untuk mendisiplinkan? Atau untuk membuat mereka belajar dan tumbuh? Kalau tujuannya adalah yang terakhir, maka kita harus belajar menyesuaikan cara. Karena anak zaman sekarang bukan gak bisa dimarahin, mereka hanya ingin diperlakukan sebagai manusia utuh bukan sekadar anak kecil yang bisa dibentak seenaknya.

Mendidik anak di era sekarang memang menantang. Tapi mungkin tantangan sesungguhnya adalah mengubah mindset kita sendiri. Kadang, kita terlalu fokus pada "anak yang salah", padahal yang perlu diubah bisa jadi cara kita memahami mereka.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun