Mohon tunggu...
Reza Pamungkas
Reza Pamungkas Mohon Tunggu...
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Siapa Suruh Pilih Jokowi

30 Mei 2018   11:31 Diperbarui: 30 Mei 2018   11:42 1516
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Walau Pemerintahan Jokowi berorientasi pada hasil, melalui jargon terkenalnya "kerja, kerja, kerja", namun mau tak mau efektivitas kinerjanya juga sangat bergantung dari berbagai variabel. Misalnya saja, pada kinerja kementerian perekonomian yang banyak disorot sebagai titik kelemahan pemerintahan Jokowi.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan Robert F. Bales dari Harvard University, pemimpin tipe ini memang senang melakukan pembagian kekuasaan (shared leadership) dalam membuat keputusan. Mengapa begitu? Menurut Bales, pembagian diperlukan karena tipe ini umumnya cenderung fokus pada satu tujuan dengan mengorbankan tujuan lain.

Faktanya, pemerintahan Jokowi dikenal sangat giat membangun infrastruktur fisik. Fokus pencapaiannya ini, pada akhirnya membuat banyak sektor menjadi "terlupakan". Ambisi membangun infrastrukturnya ini, tak hanya membuat sektor lain menjadi pincang tapi juga "menakutkan" karena membuat utang negara terlihat membengkak.

pinterpolitik.com
pinterpolitik.com
Dampak dari kepincangan inilah yang kemudian memunculkan kekecewaan dan ketidakpuasan masyarakat atas kebijakan pemerintah. Walau Jokowi membangun infrastruktur sebagai bukti pelayanannya pada masyarakat, namun di sisi lain ada juga masyarakat -- baik di tingkat bawah, maupun pengusaha yang merasa diberatkan.

Sebagai salah satu yang kecewa, wajar saja bila Effendi kemudian berupaya membuat gerakan untuk menampung warga lain yang juga kecewa pada pemerintah. Hanya saja, Eros mengingatkan, keinginan ganti presiden ini sebaiknya memang untuk mendapatkan pemimpin yang lebih baik, bukan hanya karena faktor tidak suka pada sosok Jokowi semata.

Menurut Eros, percuma saja bila nantinya pengganti Jokowi memiliki kualitas kepemimpinan yang sama, atau bahkan lebih buruk. Apalagi mengingat tingkat kepuasan masyarakat pada kinerja pemerintah saat ini terbilang cukup tinggi. Dari berbagai survei, baik Indo Barometer, CSIS, maupun Litbang Kompas, tingkat kepuasan masyarakat terhadap pemerintah mencapai 68,3 persen hingga 72,2 persen.

Bila dibandingkan dengan warga yang sepakat untuk ganti presiden, jumlahnya menurut survei Median hanya terpaut sedikit lebih unggul dari yang tidak setuju. Sementara Indo Barometer memperlihatkan, mayoritas responden malah tidak setuju ganti presiden. Oleh karena itu, pencipta lagu Badai Pasti Berlalu ini berharap, warga lebih cerdas dalam memilih presiden pada Pilpres 2019 nanti. (R24)

Artikel ini tayang pertama kali di pinterpolitik.com

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun