"Para pemimpin tidak dilahirkan, tapi dibentuk. Dan seperti juga lainnya, dengan kerja keras. Itulah harga yang harus kita bayar untuk mencapai kesuksesan, atau tujuan lainnya." ~ Vince Lombardi
Sebelum Bolivia mengalami Revolusi Nasional pada 1952, tak ada yang mengira kalau suatu hari negara tersebut akan dipimpin oleh pribumi keturunan Indian Aymara, Juan Evo Morales. Dulu, warga pribumi seperti dirinya tidak akan diizinkan untuk berkeliaran di Plaza Murillo dan depan istana presiden, karena dianggap kotor serta menjijikkan.
Morales dilahirkan pada 1959 dan tidak memiliki pendidikan tinggi untuk duduk di istana presiden. Namun anak ketujuh dari peternak Llama ini, mampu memerintah dari tahun 2006 hingga kini. Dalam setiap pemilihan umum, Morales selalu menang telak karena begitu dicintai rakyatnya, bahkan juga oleh para oposisinya.
Keberhasilan Morales merupakan bukti dari pernyataan Lombardi di atas, yaitu pemimpin tidak dilahirkan, tapi dibuat. Dengan versi berbeda, nasib baik Morales juga diraih Jokowi. Sebagai anak yang tumbuh di bantaran sungai, Jokowi yang sebelumnya pengusaha mebel juga tak pernah bermimpi bisa duduk di istana sebagai presiden.
Seperti juga Morales, modal utama Jokowi hanyalah dukungan rakyat yang kerap disapanya saat blusukan. Posisinya sebagai kader PDI Perjuangan dan merupakan warga sipil biasa ini, bahkan dianggap sebagai presiden terlemah setelah Abdurrahman Wahid atau Gus Dur oleh Prof. Jeffrey Winters dari Northwestern University.

Kemampuan Jokowi yang mampu merengkuh dua pertiga kursi parlemen dan menarik sejumlah parpol untuk berbalik mendukungnya ini, bahkan telah diakui Bloomberg Internasional sebagai kecerdasan politik karena mampu memadukan pembagian tugas pada mesin birokrasi di berbagai tingkatan (patronage).
Perubahan dari lemah menjadi kuat ini, menurut James Owen -- berdasarkan teori perilaku kepemimpinan, sangat memungkinkan karena sifatnya yang tidak dilahirkan, tapi dibentuk. Bagi penulis buku The Leadership Game ini, pemimpin tipe perilaku akan selalu mampu melatih dirinya agar dapat menjalankan pemerintahan yang efektif.
Di sisi lain, melalui model kepemimpinan Jokowi yang menganut sistem servant leadership atau pemimpin merupakan pelayan rakyat, membantunya mendapatkan kekuatan dukungan dari rakyat. Teori yang ditemukan oleh Robert K. Greenleaf ini, juga mengakibatkan dirinya cenderung berorientasi pada hasil kerja.
Dukungan Rakyat Turun?
"Untuk melakukan hal yang luar biasa memang sulit; tapi untuk mendelegasikan hal yang luar biasa lebih sulit lagi." ~ Friedrich Nietzsche
Mendelegasikan tugas memang bukan pekerjaan gampang, setidaknya itu menurut Nietzsche, terutama apabila orang yang ditugaskan ternyata tidak mampu menjalankan tugas luar biasa yang diembankan padanya. Tentu efeknya akan berdampak pada citra dan kemampuan dari sang pemimpin. Begitulah yang terjadi pada Jokowi.