Mohon tunggu...
BaBe
BaBe Mohon Tunggu... Supir - Saya masih belajar dengan cara membaca dan menulis.

Banyak hal menggelitik di dunia ini yang pantas dikupas!

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Mendongkrak Madu Sumbawa dan Susu Kuda Liar agar Semakin Tenar!

24 November 2018   21:50 Diperbarui: 24 November 2018   22:24 512
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Masjid Terapung, salah satu ikon Kota Bima. (foto: koleksi pribadi)

Bagi warga Indonesia, khususnya usia dewasa, mungkin pernah mendengar kata Susu Kuda Liar dari Sumbawa. Susu ini dipercaya punya kasiat yang cukup baik buat kaum pria, khususnya untuk meningkatkan keperkasaannya.

Adapun manfaat dari Susu Kuda Liar tentunya sangatlah banyak, salah satunya adalah sebagai pemasok nutrisi yang lengkap. Seperti halnya susu jenis lainnya, susu kuda juga menghasilkan cairan lezat lengkap dengan komponen senyawanya antara lain lemak, kalsium beragam vitamin seperti A, B, C dan juga E, kalium, kalsium, magnesium, protein, zat besi dan masih banyak lagi lainnya. Istimewanya, susu kuda liar Sumbawa memiliki rantai protein yang lebih sederhana sehingga jauh lebih mudah dicerna oleh tubuh kita.

Selain punya manfaat sebagai sumber nutrisi, Susu Kuda Liar Sumbawa juga baik untuk menambah daya tahan bayi, terutama yang dilahirkan secara prematur. Hal ini dikarenakan Susu Kuda Liar Sumbawa memiliki kandungan anti bakteri alamiah yang ada di dalam setiap tetesnya yang mampu menyembuhkan berbagai macam penyakit.

Bila kita sedang berada di Bima, Sumbawa, Nusa Tenggara Barat, kita akan dengan mudah menemukan penjual Susu Kuda Liar, khususnya di toko-toko yang menjual oleh-oleh, agen-agen penjualan maupun di apotek.

Kamis, 22 November 2018 kemarin, saya berkesempatan pergi Bima, sebuah kota yang indah di tepi teluk dengan ombak lautan yang tidak terlalu besar. Di sini saya bisa menemukan beberapa obyek wisata menarik, diantaranya ada Museum Asi Mbojo, yang terletak di sebelah Alun-alun Merdeka, Museum ini dulunya adalah Istana Kasultanan Bima. Ada juga Masjid Apung yang terletak di tepi pantai, dengan cahaya lampu yang sangat indah di malam hari. Masjid ini akan tampak terapung saat air laut naik, dan refleksi masjid nampak di air laut dari kejauhan.

Perjalanan saya tidak hanya sebatas di kota Bima, tetapi juga masuk ke pedalaman pulau Sumbawa. Setelah dua jam perjalanan dari Kota Bima, sampailah saya di sebuah desa bernama Desa Campa, yang terletak di Kecamatan Mada Pangga, masuk ke dalam wilayah Kabupaten Bima.

Menuju desa Campa harus melewati jalan aspal kecil, dengan beberapa kali bertemu orang naik gerobak / dokar yang ditarik seekor kuda. Juga tampak gerombolan sapi-sapi yang sesekali melintas di depan mobil yang saya naiki. Tanaman pohon Jati yang mencoba bertahan dari ganasnya musim kemarau tampak gersang memenuhi bukit-bukit yang ada di kanan kiri.

Dari informasi warga, di daerah itu tersentuh air hujan terakhir pada bulan Maret 2018. Beberapa semak belukar tampak habis terbakar, dengan bebatuan yang memperlihatkan kerasnya alam di tempat tersebut.

Setelah melewati jalan berkelok-kelok dan sedikit berdebu. Sampailah saya di sebuah desa yang menurut pak lurah setempat dihuni sekitar 4 ribu warga. Dari apa yang saya lihat, lebih banyak wanita di desa tersebut dibandingkan dengan laki-lakinya.

Dalam kesempatan diskusi dengan beberapa warga, sempat ada candaan, "Mas, kalau mau minum susu kuda, paling manjur langsung dari kudanya," ungkap Anhar salah satu warga setempat. Demikian juga kalau ingin merasakan Madu Sumbawa yang asli, bisa langsung ambil dari pohon lengkap dengan lebahnya. Meskipun sekedar bercanda, tetapi apa yang disampaikan Anhar adalah hal yang tidak terbantahkan.

Dalam kesempatan tersebut beberapa warga sempat menawari Madu Sumbawa, yang sudah dikemas dalam botol bekas minuman air mineral kemasan 600 ml. Harga penawarannya pun variatif, antara 100 sampai 125 ribu per botol. Adapun warna madu tersebut berbeda-beda, karena tidak semua madu punya kualitas warna yang sama. Madunya pun tampak sedikit lebih encer daripada madu-madu yang sering saya lihat di Jogja.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun