Mohon tunggu...
Hanief Trihantoro
Hanief Trihantoro Mohon Tunggu... karyawan swasta -

denpasar, semarang, bandung, tenggarong, padalarang. astronomi, sepakbola, komputer, ubuntu

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Pengalaman Menaiki Kereta Harina Semarang-Bandung

24 Desember 2013   10:09 Diperbarui: 24 Juni 2015   03:33 70
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

waktu itu hari jumat, tanggal 13 desember 2013. saya, istri, dan anak kami yang berumur 16 bulan, akan naik kereta harina dari semarang ke bandung, yang dijadwalkan berangkat dari stasiun semarang tawang pk 20.35 dan sampai di bandung pk 05.13. kereta tersebut memiliki trayek surabaya pasar turi sampai bandung.

kami sampai di stasiun sekitar pk 20.00. setelah menunggu sekitar 15 menit, kami mendengarkan sebuah pengumuman tentang lokasi kereta yang akan datang ke stasiun tawang tersebut. kereta pertama yang disebut adalah menoreh, lokasinya tidak begitu jauh karena sudah berada di sekitar semarang, sehingga kereta tersebut akan tiba tak lama kemudian. kereta yang kedua adalah kereta kami, harina, yang saat itu diumumkan ternyata masih berada/baru berangkat dari stasiun pasar turi! setengah tidak percaya, saya dan istri saling berpandangan, lalu mencoba mendengarkan ulangan pengumumannya lagi. ternyata benar. dan kereta baru akan sampai semarang tawang pada pukul 00 alias 4 jam kemudian!

sempat terpikir oleh kami untuk pulang dan tidur di rumah (walaupun tidak dekat, tapi kami diantar kakak saya dengan mobil dan dia belum begitu jauh dari stasiun), karena anak kami sudah tidur. kondisi stasiun saat itu ramai dengan orang dan tidak ada tempat duduk yang kosong, sehingga akan lebih nyaman untuk anak kami kalau bisa tidur di rumah. saya lalu mencoba mengkonfirmasi ke pengawas peron tentang perkiraan kedatangan kereta kami itu. katanya paling cepat memang pukul 00. tekad kami pun semakin bulat untuk pulang saja.

namun kemudian ada seorang penjaga toko yang memberi saran untuk menidurkan anak kami di ruang menyusui, yang ternyata terletak di pintu masuk ke toilet. sayangnya ruangannya bau+pengap. semacam perangkat penyegar udara yang ada di dalamnya pun saya nyalakan lalu kami menunggu di luar supaya baunya hilang.

tak lama, istri saya menemukan ruang kesehatan. lalu petugas jaganya menawarkan untuk menidurkan anak kami di tempat tidur yang tersedia. akhirnya anak kami bisa tiduran di kasur dan kami pun memutuskan untuk tidak jadi pulang. kami tidur bergantian, walaupun sebenarnya tidak bisa begitu nyenyak tapi lumayan daripada terjaga terus.

selama menunggu itu, istri saya sempat berbincang dengan pengawas peron dan menanyakan kompensasi keterlambatan itu. katanya akan ada kompensasi di kereta berupa makanan. semoga saja benar, soalnya kami tidak menyiapkan makan pagi untuk anak kami.

setiap ada pengumuman, saya pun keluar ruangan agar bisa mendengar lebih jelas. waktu perkiraan tibanya kereta kami semakin lama semakin mundur, hingga akhirnya kereta kami benar-benar tiba di semarang pada pukul 01.20 dan berangkat pukul 01.42. artinya kereta tersebut sudah terlambat lebih dari 5 jam!

di kereta, kami pun mencoba tidur lagi. sampai akhirnya pagi tiba, dan kami pun menanyakan ke petugas reska tentang kompensasi makanan tersebut. istri saya sudah menegaskan memerlukan makanan untuk anak saya. kata petugas (koki) tersebut, yang tersedia hanya nasi, kentang, dan telur. istri saya setuju karena kebetulan anak kami juga suka kentang. saat itu ada petugas lain yang tidak setuju dengan keputusan koki itu, karena mengkhawatirkan kalau ada penumpang lain yang ingin memesannya. namun sang koki mengambil tanggung jawab apabila ada yang disalahkan atas kejadian itu.

akhirnya nasi, kentang, dan telur ceplok itu datang untuk anak kami. namun makanan untuk kami tidak datang-datang juga setelah sekian lama menunggu. kami sudah bosan menanyakan hak kami terus menerus sehingga kami diam saja. apa yang terjadi mungkin bisa ditebak: saya dan istri saya tidak mendapatkan APAPUN sampai kami turun di cimahi pukul 12.46!

bayangkan, kami menunggu 5 jam di stasiun dan di perjalanan selama 11 jam itu (normalnya hanya 9 jam) tidak mendapat kompensasi apapun!

begitukah pelayanan bumn yang ceo-nya terpilih sebagai yang terbaik di tahun 2013 ini? (http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2013/12/06/0811529/Ignasius.Jonan.CEO.BUMN.Terbaik.2013) kami benar-benar kecewa dengan pelayanan kereta harina tersebut, dan juga kecewa dengan segala anugerah "yang terbaik" untuk pt. kai. sepertinya percuma/aneh kalau ceo-nya dibilang terbaik tapi pelayanan pt. kai masih seperti itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun