Mohon tunggu...
Pical Gadi
Pical Gadi Mohon Tunggu... Administrasi - Karyawan Swasta

Lebih sering mengisi kanal fiksi | People Empowerment Activist | Phlegmatis-Damai| twitter: @picalg | picalg.blogspot.com | planet-fiksi.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Jangan Lakukan Ini Saat Sedang Emosi

22 Agustus 2016   16:43 Diperbarui: 23 Agustus 2016   18:44 722
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
gambar dari: share.nanjing-school.com

Saat amarah sedang membuncah di kepala, seseorang bisa saja jadi lupa diri sehingga meneriaki orang lain dengan kata-kata yang kurang pantas. Begitu pula saat sedang jatuh cinta, semua yang dilakukan oleh orang yang dicintai tampak begitu baik di depan mata.

Memang saat diri kita diliputi oleh emosi mendalam baik sedih, marah, takut, bahkan gembira, pikiran-pikiran kritis bisa kurang bekerja dengan baik.

Oleh karena itu sebaiknya hal-hal yang penting menyangkut kehidupan jangan diputuskan pada saat kita sedang diliputi emosi. Bisa jadi saat itu kita merasa keputusan tersebut sudah sesuai. Namun ternyata setelah pikiran bekerja lebih baik, barulah terlihat cacat cela pada keputusan-keputusan tersebut.

Berikut beberapa area kehidupan yang bisa jadi pemicu meluapnya emosi kita. Sebaiknya saat itu terjadi jangan mengambil keputusan tergesa-gesa.

  1. Karir/usaha
    Jika menjadi pimpinan, kita ikut menentukan nasib tim atau bawahan kita, atau bahkan nasib perusahaan. Oleh karena itu hindari mengambil keputusan pada saat sedang marah atau pikiran kalut akibat masalah di luar kantor dan di dalam kantor. Kadang ada karyawan yang menjengkelkan dan sering bikin naik pitam. Tapi saat karyawan ini hendak diberi punishment atau bahkan PHK sekalipun, pastikan keputusan itu bukan diambil hanya karena emosi sesaat melainkan dalam keadaan pikiran yang jernih untuk menganalisa kinerja karyawan tersebut dikaitkan juga dengan peraturan atau policy perusahaan.

    Jangan pernah mengambil keputusan penting yang mempertaruhkan usaha Anda hanya karena emosi. Misalnya karena merasa gengsi tersaingi atau marah karena kompetitor berhasil menyabet proyek yang selama ini Anda incar. Lalu setelah itu Anda begitu saja memutuskan melakukan kredit besar-besaran untuk mengambil proyek lain tanpa analisa usaha yang baik.

    Jika Anda adalah karyawan, lain lagi masalahnya. Jika tidak sesuai lagi dengan passion atau kemampuan, Anda bisa saja meminta resign atau pindah divisi, tetapi sebaiknya keputusan tersebut tidak dilakukan secara tergesa-gesa. Misalnya karena berseteru dengan seorang rekan kerja atau tidak cocok dengan boss baru, langsung minta keluar dari perusahaan. Kalaupun harus resign, pastikan Anda telah memikirkannya masak-masak dan siap dengan segala konsekuensi yang terjadi, seperti pendapatan yang terhenti sementara atau kemampuan kita mencari sumber pendapatan baru dan lain-lain.

  2. Keuangan
    Emosi yang dimaksud di sini bukan hanya amarah atau sedih. Perasaan gembira yang meluap-luap juga bisa menumpulkan logika berpikir kita.

    Keputusan-keputusan besar dalam hidup seringkali terkait dengan keadaan keuangan kita. Mestinya segala keputusan keuangan yang kita ambil juga telah dipikirkan dengan baik. Tidak terlalu sulit sebenarnya karena uang terkait langsung dengan angka-angka dan segala hal menyangkut kuantitas biasanya ditempatkan di otak kiri, tempat pemrosesan rasio dan perhitungan.

    Namun seringkali emosi karena kegembiraan atau harapan yang terlalu tinggi membuat kita melupakan hal tersebut. Misalnya penawaran investasi yang menggiurkan, membeli aset baru, memberi hadiah atau donasi, membuka asuransi baru dan lain sebagainya. Mungkin karena iming-iming dan rayuan pihak ketiga yang menarik membuat kita mengambil keputusan tanpa pikir panjang lagi.

    Pada beberapa kasus penipuan online kita juga dapat dengan mudah menemukan orang yang begitu mudah mengucapkan sayonara terhadap rupiahnya hanya karena kasihan atau cinta buta kepada seseorang yang belum dikenal sepenuhnya. Memang mungkin juga ada faktor ketidakpahaman, tetapi penipu-penipu di luar sana cenderung menggunakan 'emosi' calon korban sebagai modal utama kejahatan mereka.

  3. Kehidupan Pribadi/Keluarga
    Mungkin sebagian besar keputusan-keputusan salah karena emosi terjadi pada area ini. Selain karena sebagian besar waktu kita dihabiskan pada area ini, memang kehidupan pribadilah tempat dengan space paling luas untuk mengumbar emosi kita.

    HALAMAN :
    1. 1
    2. 2
    Mohon tunggu...

    Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
    Lihat Humaniora Selengkapnya
    Beri Komentar
    Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

    Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun