“Apa yang kamu pikirkan ketika hujan?”
Pertanyaan itu mengalun pelan dari bibir Maya sembari menatap kaca rumah yang memburam karena tarian hujan diluar sana. Aku memandang lurus ke dalam mata beningnya, mencoba menangkap maksud pertanyaan barusan.
“Mm…. hujan ya… waktunya tidur dan membungkus badan dengan selimut yang hangat…,” jawabku sekenanya.
Maya terdiam sejenak kemudian tersenyum kecil.
“Dasar pemalas….,” sahutnya lalu menepuk kepalaku dengan majalah yang sejak tadi dipelototinya. Dia pun meninggalkan meja makan dan spagetthi instan yang tinggal sesuap menuju ke ruang tamu.
Aku mengekor setelah menghabiskan kopi jaheku yang masih hangat dan mengepul.
Jam dinding di ruang tamu menunjukkan pukul 17.15. Aku lihat Maya sudah memakai kembali sepatu dan jaket rajutannya. Padahal hujan tambah deras saja sepertinya.
“Mau kemana?” tanyaku.
“Ya mau pulanglah…,”
“Kan masih hujan, beb.”