Mohon tunggu...
Pical Gadi
Pical Gadi Mohon Tunggu... Administrasi - Karyawan Swasta

Lebih sering mengisi kanal fiksi | People Empowerment Activist | Phlegmatis-Damai| twitter: @picalg | picalg.blogspot.com | planet-fiksi.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Mengapa Hantu juga Ingin Eksis di Mata Kamera?

26 November 2020   20:36 Diperbarui: 26 November 2020   20:42 245
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi gambar dari pixabay/Enrique Meseguer

Jika kita mencari artikel mengenai penampakan hantu yang berhasil terekam mata kamera, atau mengetik kata kunci "foto hantu" di mesin pencarian google, ribuan bahkan jutaan hasil pencarian muncul di depan mata. Ada begitu banyak kisah mengenai penampakan makhluk tak kasat mata itu, lengkap dengan jejak keberadaan mereka yang sempat terekam kamera. Apakah semua itu benar adanya atau hanya kebetulan semata akibat efek visual? Entahlah.

Belum lama ini pengalaman merekam tanpa sengaja keberadaan terduga mahluk halus terjadi pada salah satu aktivis Credit Union kami.

Kamu baru saja merampungkan rapat perencanaan usaha pada salah satu hotel yang berlangsung selama tiga hari. Peserta yang berasal dari luar kota diinapkan pada beberapa lantai termasuk lantai 9, tempat ibu yang mengalami kejadian tersebut. Kita beri nama saja ibu A dan ibu B, teman sekamarnya, untuk menjaga privasi mereka.

Kejadiannya berlangsung pada hari pertama pertemuan, sore hari, beberapa saat setelah waktu azan magrib. Ibu A dan ibu B berada di kamar untuk istirahat sejenak sebelum turun kembali ke lantai dua tempat meeting room dan resto berada.

Saat keluar dari kamar, suasana koridor hotel sedang sepi jadi iseng-iseng mereka ber-swafoto ria. Setelah puas mengambil gambar mereka pun turun.

Nah, saat membuka-buka kembali galeri foto, terkejutlah ibu A, karena salah satu swafotonya (yang berpose sendirian) menangkap siluet sosok yang lain. Siluet itu milik seorang anak perempuan berusia sekitar 6-10 tahun. Padahal mereka benar-benar yakin tidak ada anak-anak yang berkeliaran di sekitar koridor saat itu.

Kabar itu pun menyebar dengan cepat ke seluruh peserta pertemuan. Saya dan beberapa kawan yang tidak ikut menginap baru mendengar kabar itu keesokan paginya. Karena penasaran saya pun menghampiri ibu A untuk mendengar langsung jalan cerita kejadiannya. Saya juga diperlihatkan langsung fotonya, yang spontan menghadirkan sensasi goosebumps.

Banyak yang percaya kalau foto itu memang foto penampakan hantu. Tapi beberapa teman kantor ada juga yang meragukannya. Menurut mereka, itu anak-anak yang kebetulan melintas keluar dari kamar dan tertangkap kamera tanpa sengaja. Buktinya, ada bayangan di atas karpet koridor. Masuk akal.

Tapi ibu A dan ibu B, juga teguh pada pendirian mereka kalau saat itu tidak orang lain lagi di situ. Kalau ada anak kecil melintas, pasti mereka ngeh terutama pada saat bu A sedang mengarahkan kamera  swafotonya. Ini juga masuk akal.

Jadi benar atau tidak itu penampakan hantu? Entahlah. Kedua kemungkinan bisa saja terjadi. Kalau bukan hantu ya tidak apa-apa. Tapi bagaimana jika itu hantu beneran?

Apa yang membuatnya memilih untuk menampakkan rupa melalui jepretan kamera ibu A?

Gambar dari galeri ibu A.
Gambar dari galeri ibu A.

Jawabannya bisa macam-macam. Mungkin saja iseng-iseng, mungkin ingin mencoba berkomunikasi dengan bu A dan B, mungkin saja bermaksud usil dan lain-lain.

Dari sekian jawaban yang mungkin, sampai sekarang saya masih selalu mengamini penjelasan salah satu pastor saat kami bercakap-cakap tentang fenomena dunia lain ini bertahun-tahun yang lalu.

Kurang lebih penjelasannya seperti ini: jika ada hantu yang mencoba membuat koneksi dengan memberi tanda-tanda kehadirannya lewat panca indra kita, berarti dia sedang tersesat di antara alam kita dan alam akhirat tempatnya seharusnya berada. Jadi dia butuh doa-doa dari kita untuk menjadi semacam "penerangan" bagi perjalanannya.

Pada saat keadaan itu terjadi, reaksi spontan kita biasa takut. Ini respon yang wajar. Tapi jangan sampai takut berlebihan yang malah bisa mendatangkan celaka bagi diri sendiri. Cukup didoakan dengan khusyuk dan tulus saja.

Nasihat ini juga saya sampaikan ke ibu A saat itu, dan rupanya sudah dijalankan oleh ibu A.

Bagaimana dengan pembaca sekalian? Apa ada yang pernah punya pengalaman serupa? 

---

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun