Mohon tunggu...
Pical Gadi
Pical Gadi Mohon Tunggu... Administrasi - Karyawan Swasta

Lebih sering mengisi kanal fiksi | People Empowerment Activist | Phlegmatis-Damai| twitter: @picalg | picalg.blogspot.com | planet-fiksi.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Menjelang Resesi, Isu PKI Masihkah Seksi?

25 September 2020   20:10 Diperbarui: 25 September 2020   20:15 178
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilutrasi gambar dari kompas.com (Shutterstock/Blue Planet Studio)

Untuk pertanyaan kedua, terlihat pemerintah sudah benar-benar keteteran. Ironisnya, kurva harian penambahan kasus Covid-19 terus menanjak, ekonomi pun terhantam dengan telak.

Mestinya jika KAMI benar-benar ingin menjadi penyelamat Indonesia, fokus kritik dan pemikiran yang paling utama ya terhadap masalah ekonomi dan (tentu saja) kesehatan. Menuding kaki tangan PKI saat ini sudah masuk ke legislatif dan eksekutif tapi tidak mengajukan bukti-bukti yang valid, sama saja dengan menebar polemik yang tidak berfaedah. Orang-orang hanya akan gaduh dan menghabiskan energi dalam kegaduhan tersebut, tetapi tidak ada kontribusinya untuk memperbaiki keadaan bangsa dan negara.

Bukankah PKI sudah dinyatakan sebagai organisasi terlarang di atas bumi Indonesia, dan Pancasila adalah dasar negara yang final dan tak terbantahkan? Mestinya tidak perlu takut mengungkapkan secara gamblang jika mencium gelagat PKI akan bangkit dan mengembangkan ideologinya.

Kedua, menarik menyimak permintaan KAMI untuk menayangkan kembali film G30-S/PKI (atau film serupa) agar anak didik (generasi muda) tidak melupakan "noda hitam" sejarah Indonesia.

Saya termasuk salah satu penonton setia film ini. Saya dulu sudah hafal, setiap tanggal 30 September tiba, malam harinya TVRI akan memutar film G30-S/PKI. Jadi saya masih cukup ingat bagian-bagian film garapan Arifin C. Noer ini.

Zaman sudah jauh berubah. Untuk generasi sekarang yang lebih mengakrabi Youtube, Netflix, IG TV dan sejenisnya, percaya saja, film G30-S/PKI ini tidak akan menarik atensi mereka.

Kalaupun para sineas akan membuat remake filmnya, tentu selain sinematografi yang lebih kekinian, sejarah yang akan diangkat juga harus lebih komprehensif, jangan hanya menonjolkan satu versi dan satu sosok seperti pada film G30-S/PKI tersebut. Sutradara Arifin C. Noer pun pernah mengungkapkan kekecewaan terhadap hasil akhir film G30-S/PKI yang berbeda dari keinginannya. Tapi saat itu dia tidak bisa berbuat banyak terhadap racikan sutradara bayangan dalam film tersebut.

Berbicara sejarah, rilis dokumen yang disimpan CIA selama puluhan tahun mengungkapkan mereka punya andil dalam lakon memberangus PKI di Indonesia. Mereka juga punya kepentingan, termasuk upaya menyingkirkan Soekarno yang saat itu dianggap tokoh berbahaya bagi hegemoni Amerika Serikat. Mozaik-mozaik sejarah ini tidak boleh dinafikan begitu saja.

Walaupun nanti kemasan film-nya adalah fiksi, kajian akademisnya tidak boleh terpotong-potong. Masyararakat (termasuk generasi muda) punya hak untuk mengetahui versi lengkap dari sejarah tersebut. Ini akan makan waktu panjang dan saya khawatir hasilnya tidak akan sesuai sepenuhnya dengan keinginan para pentolan KAMI.

Isu kebangkitan PKI bukan isu baru. Jika keadaan kita baik-baik saja, mungkin banyak masyarakat yang mau memberi perhatian sejenak pada isu tahunan tersebut. Tapi saat ini rakyat jauh lebih peduli pada hal-hal yang menyangkut harkat hidupnya. Kartu pra-kerja, mencari pekerjaan baru atau membuka usaha karena terkena PHK dari perusahaan, tunjangan BLT yang belum masuk ke rekening, omset usaha menurun, istri atau suami mesti karantina dan lain-lain.

Daripada mengembuskan isu-isu yang bisa bikin masyarakat "hilang rasa", para cendekiawan KAMI mestinya menggelar aksi-aksi yang lebih aktual dan bermanfaat. Misalnya ikut membuka kelas wirausaha digital untuk membantu masyarakat yang terkena PHK agar tetap berpenghasilan, promosi UMKM yang masih bertahan di tengah badai ekonomi untuk membantu memutar perekenomian atau menggelar seminar mengenai kiat-kiat bertahan dan mengembangkan usaha di tengah resesi. Saya pikir cara-cara seperti ini akan jauh lebih bermanfaat dan menarik simpati masyarakat. (PG)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun