Yang jadi pertanyaan sekarang adalah: mengapa ada orang yang jadi tambah susah hidupnya karena utang? Mengapa orang-orang yang tadinya bersaudara bisa jadi musuhan hanya gara-gara masalah utang piutang? Kenapa ada peminjam yang saat ditagih sikapnya berubah 180 derajat dibanding saat meminjam uang dari kita? dan pertanyaan lainnya.
Utang sendiri sebenarnya tidak jahat. Utang hanyalah utang. Baik atau jahatnya tergantung dari orang-orang di belakang produk keuangan tersebut.
Masalah-masalah di atas sebagian besar penyebabnya adalah para peminjam gagal menjadi peminjam yang bertanggung jawab. Mengapa gagal? Karena kurang memberi perhatian pada hal-hal berikut ini:
Cek Debt Ratio (Rasio Utang) Anda
Debt Ratio atau biasa disebut juga debt-to-asset ratio (rasio utang) adalah perbandingan antara jumlah pendapatan yang digunakan untuk membayar pinjaman (pokok plus bunga) dibanding jumlah seluruh pendapatan.
Misalnya Y (di antara pembaca tidak ada yang bernama Y kan?) memiliki gaji bulanan sebesar 8 juta rupiah dan setiap bulan dia mesti mengalokasikan gaji untuk membayar pinjaman berupa angsuran motor dan kartu kredit sebesar 2 juta rupiah, maka rasio utang Y dihitung sebagai berikut:
Rasio Utang = (pendapatan untuk membayar pinjaman/jumlah seluruh pinjaman) x 100%
Rasio Utang = (2.000.000/8.000.000) x 100%
Rasio Utang = 25%
Idealnya rasio utang maksimal di angka 30%, beberapa referensi menyebut 40%. Jika rasio utang sudah di berada atas level ini dikhawatirkan debitur mengalami kesulitan mengalokasikan pendapatan untuk memenuhi kebutuhan sehari-harinya lainnya.Â
Belum lagi jika ada pengeluaran mendadak dalam jumlah besar. Dengan menjaga rasio utang tetap ideal Anda bisa meminimalkan risiko-risiko gagal bayar jika suatu saat ada masalah keuangan yang menimpa Anda.