Mohon tunggu...
Pical Gadi
Pical Gadi Mohon Tunggu... Administrasi - Karyawan Swasta

Lebih sering mengisi kanal fiksi | People Empowerment Activist | Phlegmatis-Damai| twitter: @picalg | picalg.blogspot.com | planet-fiksi.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Refleksi Natal Tahun Ini: Jangan Takut!

25 Desember 2019   20:36 Diperbarui: 25 Desember 2019   20:57 174
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi gambar dari https://www.madeinamador.com/

Di daerah itu ada gembala-gembala yang tinggal di padang menjaga kawanan ternak mereka pada waktu malam. Tiba-tiba berdirilah seorang malaikat Tuhan di dekat mereka, sehingga mereka sangat ketakutan. Maka kata malaikat itu kepada mereka, "Jangan takut, sebab sesungguhnya aku memberitakan kepadamu kesukaan besar untuk seluruh bangsa: Hari ini telah lahir bagimu Juruselamat, yaitu Kristus Tuhan, di kota Daud. Dan inilah tandanya bagimu: Kamu akan menjumpai seorang bayi dibungkus dengan lampin dan terbaring di dalam palungan."

Kisah di atas adalah penggalan kisah dalam injil tentang kabar gembira kelahiran Yesus Kristus yang disampaikan malaikat Tuhan kepada para gembala yang sedang berjaga di padang. Pada awal perkataannya, malaikat itu mengatakan "Jangan takut" kepada para gembala yang saat itu sangat ketakutan dengan kehadiran malaikat Tuhan di hadapan mereka. Frase ini juga dikatakan malaikat pembawa kabar gembira saat menjumpai Maria dan memberitahu kalau dia akan mengandung dari Roh Kudus.

Ketakutan adalah salah satu emosi dasar manusia. Manusia takut pada hal-hal yang belum diketahuinya, sesuatu yang berbahaya atau sesuatu yang dapat menyakiti dirinya.

Pada kisah-kisah di atas, manusia takut saat bertemu dengan malaikat Tuhan karena berhadapan dengan pengalaman spiritual yang luar biasa. Kita tahu bersama, hal-hal yang bersifat transendental memang kadang bisa jadi hal menakutkan. Di samping itu, masih ada semacam kepercayaan bahwa seseorang yang bertemu malaikat berarti akan segera bertemu dengan kematiannya. 

Oleh karena itu, frase "jangan takut" adalah ucapan untuk meneduhkan hati orang-orang yang berdiri di hadapan malaikat Tuhan. Sekaligus juga membuat mereka lebih siap menerima kabar gembira yang akan diwartakan.

Apa artinya buat kita?

Frase "jangan takut" ini masih sangat aktual untuk kita. Saat ini kita menghadapi banyak sekali tantangan-tantangan yang harus dihadapi bersama dalam konteks berbangsa dan bernegara. Sebenarnya segala tantangan tersebut akan lebih mudah dilewati jika kita bersatu padu sebagai anak bangsa.

Tapi di sisi lain, kita juga harus mengadapai masalah yang timbul karena pandangan ekstremisme yang dapat memecah belah persatuan dan kesatuan bangsa. Sebagian masyarakat kita, sadar atau tanpa sadar mulai terbawa oleh sikap ekstremisme yang terwujud pada resistensi terhadap sesamanya yang berbeda agama dan keyakinan.

Masalah ini turut menjadi keprihatinan para tokoh Gereja. Oleh karena itu dalam sidang KWI di Bandung pada tanggal 4-14 November 2019 yang lalu, para uskup mengangkat tema "persaudaraan insani" untuk membendung sikap ekstremisme yang dapat membawa dampak negatif terhadap integrasi bangsa dan negara Indonesia. Para uskup kemudian mengajak umat dan siapa saja yang peduli pada perdamaian: tokoh politik, tokoh agama, budayawan, seniman, public figure dan semua orang untuk bergandengan tangan mewujudkan persaudaraan insani.

Sebelumnya, "persaudaraan insani" ini sudah tema pembicaraan antara Paus Fransiskus dan Imam Besar Al Azhar, Dr. Ahmed At-Tayyeb di Abu Dhabi Uni Emirat Arab 4 Februari 2019 lalu. Pertemuan kedua tokoh agama dunia tersebut melahirkan Dokumen Abu Dhabi yang berbicara mengenai perdamaian dunia. Untuk mewujudkan dunia yang lebih damai, hendaknya semua orang dapat lebih menerima perbedaan-perbedaan satu dengan yang lain dengan memandang sesama manusia sebagai sesama saudara. Persaudaraan insani adalah persaudaraan lintas agama, lintas budaya, bahasa dan suku bangsa. Jadi dalam persaudaraan insani tidak ada lagi mayoritas atau minoritas, karena semua sederajat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun