Mohon tunggu...
Pical Gadi
Pical Gadi Mohon Tunggu... Administrasi - Karyawan Swasta

Lebih sering mengisi kanal fiksi | People Empowerment Activist | Phlegmatis-Damai| twitter: @picalg | picalg.blogspot.com | planet-fiksi.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih

Tiga Inkonsistensi Prabowo Cs

20 April 2019   14:50 Diperbarui: 20 April 2019   15:04 160
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Beberapa hari yang lalu bangsa kita telah menuntaskan satu perhelatan demokrasi besar, pemilihan Presiden, anggota DPR RI tingkat I dan tingkat II serta DPD secara serentak di seluruh tanah air. Ini adalah momentum yang semakin membuktikan negara kita adalah negara demokrasi yang besar. Memang masih ada banyak catatan terkait penyelenggaraan Pemilu serentak ini, namun secara umum kita melihat seluruh proses Pemilu berjalan dengan lancar dan damai.

Tentu saja selain memberi apresiasi kepada KPU selaku penyelenggara, kita juga harus memberi apresiasi kepada lembaga atau pihak lain yang telah ikut berkontribusi memuluskan jalannya Pemilu.  Penghargaan setinggi-tingginya juga layak diberikan kepada kita sekalian, masyarakat yang sudah beramai-ramai menyukseskan Pemilu. Angka partisipasi pemilih sampai 81% menunjukkan masyarakat Indonesia benar-benar antusias memberikan suaranya.

Terkait pemilihan presiden, saya berpikir momentum 17 April tersebut akan menjadi klimaks dari perjalanan kompetisi panjang antara paslon 01 dan 02, setelah itu keduanya akan kembali bersatu untuk mengarahkan masyarakat ke arah yang lebih kondusif setelah sebelumnya terpolarisasi menjadi dua kubu. Rupanya anti-klimaks yang diharapkan tersebut tidak serta merta terjadi, terutama pasca rilis hasil hitung cepat (quick count) sejumlah lembaga survei yang memenangkan pasangan Jokowi-Ma'ruf Amin dengan kisaran perolehan suara 53%-55%.

Tak lama setelah hasil hitung cepat keluar, kubu 02 cq Prabowo pun melakukan klaim kemenangan dengan mengatakan tim internal telah mengantongi hasil real count pilpres dan berdasarkan real count tersebut kubu 02 unggul telak dengan perolehan suara 62%.

Tidak berhenti sampai di situ, Prabowo Cs pun mendeklarasikan diri sebagai pemenang pilpres. Tidak hanya sekali, paling tidak pada tiga kesempatan, Prabowo menegaskan diri sebagai pemenang. Sujud syukur yang dilakukannya memaksa kita mengingat kembali peristiwa 5 tahun silam. Saat itu beberapa penyelenggara hitung cepat memiliki perbedaan hasil, ada yang memenangkan Jokowi-JK ada pula yang memenangkan Prabowo-Hatta. Prabowo menggunakan hasil yang kedua untuk menyatakan diri sebagai pemenang. Setelah KPU mengumumkan hasil perhitungan suara final, kubu Prabowo-Hatta harus menerima kenyataan pahit karena pemenangnya adalah pasangan Jokowi-JK.

Memiliki harapan tinggi sih boleh-boleh saja. Tapi jika sudah berlebihan, bahkan terkesan mendahului KPU sebagai penyelenggaran Pemilu, bahkan menuding pihak lain yang berbeda hasil sebagai pembohong tentu merupakan pesan yang kurang baik. Apalagi disampaikan secara terbuka kepada masyarakat.

Para pembaca tentu telah mengikuti perkembangan politik tanah air beberapa hari belakangan ini. Prabowo Cs sebagai politisi kawakan mestinya bisa menjadi panutan dalam bersikap, terutama pada rentang waktu pasca pemilu sampai rilis perhitungan final oleh KPU. Tapi saya mencatat paling tidak ada tiga hal yang menunjukan inkonsistensi mereka. Alih-alih menjadi figur, inkonsistensi ini malah membuat masyarakat bertanya-tanya dan tidak sedikit yang mencemooh.

Ini dia catatannya:

  • Tidak Percaya Hitung Cepat. Masih segar di ingatan kita perhelatan Pilgub DKI Jakarta dua tahun lalu yang juga cukup mendapat perhatian masyarakat se-tanah air. Ahok-Djarot berkompetisi dengan Anies-Sandi memenangkan hati masyarakat Jakarta. Pada hari-H pencoblosan, beberapa saat setelah TPS tutup, lembaga-lembaga survei pun mengadakan hitung cepat dan hasilnya adalah Anies-Sandi lebih unggul daripada Ahok-Djarot. Pak Prabowo berdasarkan hasil hitung cepat tanpa ragu atau tanpa menunggu perhitungan internal langsung memberi selamat kepada Anies-Sandi selaku pemenang hitung cepat. Keadaan saat itu benar-benar kontras dengan anggapan Pak Prabowo kepada lembaga-lembaga survei yang sama hari ini. Akibatnya anggapan masyarakat adalah jangan percaya hitung cepat jika tidak menguntungkan.
  • Mendahului KPU. Hari Rabu yang lalu, beberapa saat setelah lembaga-lembaga survei merilis hasil hitung cepatnya Prabowo mengeluarkan statement bahwa mereka memiliki perhitungan suara internal melalui exit poll dan real count yang menunjukkan hasil berbeda. Jadi Prabowo meminta pendukungnya tetap tenang dan menunggu hasil akhir dari perhitungan KPU. Prabowo juga meminta relawan dan saksi-saksi untuk mengawal TPS-TPS dan menghindari kecurangan. Tapi kemudian Prabowo juga mendeklarasikan diri sebagai pemenang Pilpres. Bukannya ini justru mendahului perhitungan KPU?
  • Sinyal-sinyal Provokasi. Ini sebenarnya inkonsistensi yang paling berisiko. Pak Prabowo meminta kepada pendukungnya agar tetap tenang dan jangan terpancing oleh provokasi-provokasi. Setelah itu beliau sendiri mengeluarkan pernyataan-pernyataan yang bisa memantik emosi pendukungnya. Lihat pernyataan ini, saat Prabowo menuding lembaga-lembaga yang mengeluarkan hitung cepat sebagai pembohong. "...Hei tukang bohong-tukang bohong, rakyat tidak percaya sama kalian. Mungkin kalian harus pindah ke negara lain. Mungkin kau bisa pindah ke Antartika. Mungkin kalian tukang bohong, kau bisa bohongi pinguin-pinguin di Antartika... (sumber)" Ini pernyataan yang kurang etis sebagai politisi kawakan. Kemudian sehari setelah Pemillu, beredar berita tentang surat dari SBY yang mengingatkan kader-kadernya dalam koalisi kubu 02 agar tidak melakukan tindakan-tindakan inkonstitusional. Ini pertanda kalau SBY melihat indikasi ke arah tersebut.

Kompetisi memang selalu penuh dinamika, termasuk kompetisi politik. Seringkali para konstestan terlalu mengerahkan segenap sumber daya dan kemampuan untuk mencapai hasil dari kompetisi tersebut. Yang kurang dipersiapkan adalah apa yang terjadi setelah hasil kompetisi disampaikan kepada kontestan dan masyarakat. Hasil kompetisi itu bukan saja kemenangan, tetapi juga kekalahan. Sebagai politisi kawakan, mestinya Prabowo Cs tahu benar hal tersebut.

Pada tanggal 22 Mei 2019, jika jadwal KPU tidak meleset, kita akan segera mengetahui Presiden-Wakil Presiden RI tahun 2019-2024. Selain membersiapkan diri dengan kemenangan, masing-masing pihak juga harus siap dengan kekalahan. (PG)

---

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun