Mohon tunggu...
Pical Gadi
Pical Gadi Mohon Tunggu... Administrasi - Karyawan Swasta

Lebih sering mengisi kanal fiksi | People Empowerment Activist | Phlegmatis-Damai| twitter: @picalg | picalg.blogspot.com | planet-fiksi.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Asyiknya Curhat lewat Puisi

15 September 2018   21:28 Diperbarui: 19 September 2018   12:05 1600
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
gambar dari skintdad.co.uk

Misalnya seperti ini, dibanding menulis status di media sosial "Hari ini saya capek sekali," kita dapat menulisnya lebih apik dalam baris puisi, "begini rasanya pundak terhujam lelah." Pilihan kedua sensasinya lebih dalam, sehingga suatu saat jika membacanya lagi, kita akan kembali mengingat pengalaman capek itu dengan gamblang.

Pada waktu-waktu senggang, saya suka membaca kembali puisi-puisi lama di blog atau di Kompasiana. Begitu sampai pada puisi-puisi tertentu, saya bisa langsung mengingat pengalaman yang terjadi saat menulis puisi tersebut. Bukan hanya sebatas ingat saja, melainkan memori kembali memutar film saat menulis puisi tersebut. Bagaimana perasaan saat itu, bagaimana kondisi saat itu, apa yang terjadi di sekitar saya dan memori yang lain pun berdatangan susul-menyusul.

Misalnya saat menulis puisi Ladang Ubur-ubur, saat itu si bocah baru berusia 9 bulan dan lagi lucu-lucunya. Setiap melihatnya saya selalu berpikir, Ah, indahnya dunia anak-anak seperti ini. Tidak ada beban hidup dan penderitaan yang harus mereka pikirkan lalu perasaan itu tertuang begitu saja dalam puisi. Saya bahkan masih mengingat, posisi laptop dan jendela kamar yang terbuka saat menulis puisi ini.

Atau saat menulis puisi Ujung Malam, puisi ini ditulis hari Minggu dini hari, beberapa saat setelah lembur semalam suntuk menuntaskan laporan yang cukup menguras pikiran. Saya pun masih ingat ada cangkir kopi hitam yang sudah tandas setia menemani di sisi laptop saat menulis puisi ini.

Kesimpulannya, bagi saya curhat lewat puisi membuat curhat jadi lebih bergaya. Seperti halnya curhat bersama teman atau menulis curhat dalam diary, berbagi perasaan lewat puisi ini tujuan utamanya untuk membantu meringankan beban hati. Tanggapan dari pembacanya adalah bonus. Tanggapan ini berguna atau tidak, tetap harus disyukuri. Karena sekali lagi, curhat lewat puisi atau media lainnya tujuannya untuk membagi beban hati kepada orang lain. Mau mencoba?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun