Mohon tunggu...
Philosophy Talks
Philosophy Talks Mohon Tunggu... Freelancer - Let's Think Let's Talk This is Philosophy Talks

Ruang diskusi dan konten digital seputar ilmu filsafat

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Hagia Sophia dan Romansa Peradaban Timur-Barat

13 Juli 2020   22:43 Diperbarui: 13 Juli 2020   22:52 191
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Namun hal ini banyak mendapat perlawanan dari pihak-pihak lain secara nasional maupun internasional. Seperti yang dilansir dalam REPUBLIKA.CO.ID adanya dukungan mengembalikanHagia Sophiadi Istanbul, Turki, sebagai tempat ibadah datang dariPatriaki OrtodoksArmenia Sahak Mashalian. 

Dalam perlawanan yang dilakukan mereka menyatakan bahwa sejak awal didirikan, Hagia Sophia merupakan tempat ibadah yang dibangun dengan susah payah, bukan untuk dijadikan museum seperti saat ini. Selain itu, dari pihak Patriark Gereja Ortodoks Konstantinopel Sahag II Mashialan mengusulkan supaya umat Islam dan Kristen diberi kesempatan yang sama beribadah di sana, karena sedari awal pembangunan Hagia Sophia merupakan tempat ibadah.

Melansir dari CNN Indonesia, Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan menanggapi kecaman atas keputusannya mengkonversi situs warisan dunia Hagia Sophia menjadi masjid. Keputusan tersebut bukan berdasarkan ambisi Erdogan, melainkan diambil untuk mewakili keinginan masyarakat Turki dalam menggunakan hak kedaulatan yang dimiliki. 

Keputusan tersebut disampaikan setelah Majelis Negara Turki mengumumkan pembatalan keputusan kabinet 1934 yang menyatakan hak guna bangunan sebagai museum kembali difungsikan sebagai masjid. 

Walaupun demikian, Erdogan tidak hanya mengambil keputusan secara sepihak berdasarkan hak daulat milik Turki, melainkan adanya upaya diplomasi dalam menjaga stabilitas negara, terutama kerukunan umat beragama di Turki. Hal ini ditunjukkan dengan adanya jaminan bahwa Hagia Sophia terbuka untuk semua pengunjung, termasuk non-Muslim - berdasarkan tulisan ajudan Erdogan, Fahrettin Altun di akun Twitter-nya.

Dalam pidato kenegaraan, Presiden Erdogan menyatakan bahwa kebangkitan Hagia Sophia adalah pertanda satu langkah pembebasan Masjid al-Aqsa dan umat Islam mulai meninggalkan keterpurukannya. Kebangkitan Hagia Sophia adalah kehendak umat Islam dari seluruh dunia untuk keluar dari masa-masa kehampaan. Kebangkitan Hagia Sophia adalah kobaran harapan tidak hanya untuk umat Islam, tetapi juga dari semua masyarakat yang tertindas, korban perang dan penjajahan. Dalam pernyataan tersebut, Hagia Sophia sebagai masjid dengan melestarikan warisan budaya bersama umat manusia.

Jika kita kembali kepada fakta sejarah, terlepas dari kajian Orientalis dan Oksidentalis, pada dasarnya jauh sebelum berbicara mengenai peradaban Turki, dakwah Nabi Muhammad sebelum wafat telah sampai ke wilayah luar Arab dengan adanya surat-surat yang dikirimkan kepada Raja Ethiopia, Gubernur Mesir, dan kaisar-kaisar Byzantium serta Persia. 

Hal ini sekiranya memunculkan titik terang keterkaitan dakwah rasul dengan upaya penaklukan Kesultanan Utsmaniyah yang berhasil merebut Hagia Sophia dan merubahnya sebagai masjid. Semasa kejayaan Turki Utsmani inilah hubungan antara umat Islam, Kristen, dan Yahudi hidup dalam damai di Istanbul sejak penaklukan kota Istanbul, dan masyarakat Turki menghormati tempat ibadah non-Muslim lainnya.

Selain berbicara mengenai sejarah bangunan Hagia Sophia dengan akulturasi ornamen (interior) antara budaya Islam dan Kristen yang dapat dilihat di setiap sisi bangunannya, menariknya jika kita lihat bagaiamana sebuah akulturasi budaya yang ditunjukkan melalui simbol-simbol merupakan pelajaran berharga bagi kita semua, yaitu toleransi beragama. Hal ini sekiranya juga telah muncul setelah penaklukan Byzantium. 

Senada dengan tulisan Fazlur Rahman dalam bukunya yang berjudul "Islam" bahwa Nabi Muhammad dalam perjalanan dakwahnya, master plan yang ditujukan adalah penguasaan kota Mekkah dan berupaya untuk menunjukkan pentingnya Ka'bah bagi umat Islam. 

Akan tetapi, nabi Muhammad mengalami kendala dan memutuskan untuk berhijrah ke Madinah. Ketika beliau di Madinah, seni politik yang dilakukan dengan membuat Piagam Madinah sebagai tolak ukur keberadaban dan kerukunan umat beragama antara Islam, Yahudi, dan Nasrani. Upaya tersebut bertujuan untuk meredam konflik yang terjadi di Madinah, di sisi lain juga sebagai perluasan dakwah dan pengikutnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun