Gubernur Sulut, Olly Dondokambey, mengakuinya tendensi itu. Oleh karena itu, dalam sebuah acara yang digagas Bank SulutGo (manado.tribunnews.com; 2/5), ia mengingatkan generasi muda untuk menghindari gaya hidup konsumtif.
Generasi milenial hidup di era media sosial. Pamerisasi foto atau story linimasa di media-media sosial menumbuhkan tuntutan untuk selalu tampil wah.
Akibatnya, sepatu dan tas branded, nongkrong di Starbucks, gawai baru, hingga kartu kredit sudah menjadi bagian dari kehidupan mereka sehari-hari.
Gaya hidup ala Sape demikian tentu menguras banyak uang. Celakanya, generasi milenial yang notabene baru bekerja memiliki gaji bulanan yang hanya cukup untuk makan, sewa kos, dan ongkos. Situasinya semakin parah pada mereka yang suka pindah-pindah kerja dengan alasan tidak cocok.
Alhasil, para Sapeur milenial makan siang di resto kelas atas, tetapi setiap malam tidur di kasur busa. Rela menderita demi sebuah gaya hidup yang lebih besar pasak daripada tiang.
Alhasil, para Sapeur milenial makan siang di resto kelas atas, tetapi setiap malam tidur di kasur busa.
Jika gaya hidup seperti ini terus dipertahankan, masa depan suram menanti. Generasi muda harus belajar mengontrol keuangan pribadi.