Mohon tunggu...
Philip Manurung
Philip Manurung Mohon Tunggu... Dosen - Pengajar

lahir di Medan, belajar ke Jawa, melayani Sulawesi, mendidik Sumatera; orang Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Maaf, Hanya Seorang Gentleman yang Dapat Menggerakkan "People Power"

3 April 2019   13:01 Diperbarui: 4 April 2019   09:35 539
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kekacauan di dalam masyarakat terjadi ketika laki-laki bingung dengan arti hidup dan perannya di dunia. Manusia dibekali dengan insting untuk mencari arti hidup. Insting itu paling nyata terlihat ketika manusia mengusahakan dirinya semakin kompeten. Dengan menciptakan kompetisi, laki-laki akan lebih berfungsi dan efektif.

Kita tidak boleh lupa bahwa dominasi yang membawa kehancuran juga memungkinkan laki-laki melawan tirani. Jika para mahasiswa tidak mengekspresikan dominasi mereka ke gedung DPR pada tahun 1998, rezim Suharto tidak akan tumbang. Ambisi yang menumbuhkan keserakahan juga yang telah membangun ekonomi. Pergerakan positif IHSG dipicu oleh ambisi sejumlah pria. Agresi yang mendorong laki-laki melakukan hal-hal yang bodoh juga yang mendorong laki-laki melakukan aksi-aksi heroik.

Agresi, dominasi, dan ambisi merupakan software bawaan dari kepribadian seorang pria. Fitur ini hanya dapat diarahkan dan dikendalikan. Bila telah terkendali, sifat-sifat tersebut dapat menjadi alat bagi kebaikan, bukan kejahatan.

Perlu Lebih Banyak "Gentleman" di Negeri Ini

Jawaban yang seharusnya untuk menanggapi ancaman People Power dari laki-laki yang ambisius bukanlah dengan mengurangi maskulinitas laki-laki, melainkan memperbaiki maskulinitas. Kita perlu maskulinitas yang terkendali. Apa itu? Seorang "gentleman"

Kata "gentleman" merujuk kepada pria terhormat. Seorang "gentleman" membukakan pintu bagi wanita. Seorang "gentleman" bekerja keras untuk menyediakan kebutuhan bagi keluarganya. Seorang "gentleman" bertaruh nyawa untuk membela negaranya.

Masalah dalam masyarakat kita hari ini bukanlah laki-laki yang terlalu maskulin, melainkan banyak laki-laki bukan "gentleman". Bila seorang pria memberdayakan maskulinitasnya dengan cara yang sehat dan produktif, mereka menjadi pemimpin dan pahlawan.

Sebaliknya, laki-laki yang mereduksi maskulinitasnya akan lari dari tanggung jawab dan menimbulkan kerusakan besar bagi keluarga dan masyarakat. Studi menunjukkan, anak-anak yang tumbuh tanpa ayah akan rentan terlibat dalam geng atau hamil di luar nikah. Sebagian besar penjahat di dalam penjara tidak memiliki hubungan yang baik dengan ayah kandungnya.

Reduksi atas maskulinitas pria tidak akan menghasilkan happy-ending karena laki-laki yang pasif tidak dapat menghentikan kejahatan. Laki-laki yang pasif akan membiarkan laki-laki yang jahat. Laki-laki yang pasif tidak dapat membela, melindungi, atau menyediakan kebutuhan keluarga. Laki-laki yang pasif tidak dapat memimpin. Laki-laki yang pasif tidak berjuang. Laki-laki yang pasif tidak menjadi pahlawan.

Kita memerlukan lebih banyak "gentleman".

Hanya Laki-Laki Kuat yang Dapat Menggerakkan People Power

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun