Mohon tunggu...
Phadli Harahap
Phadli Harahap Mohon Tunggu... Freelancer - Aktif di Komunitas Literasi Sukabumi "Sabumi Volunteer"

Seorang Ayah yang senang bercerita. Menulis dan Giat Bersama di sabumiku.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Agar Disayangi Tetangga dari Kisah Mamakku

28 Februari 2024   11:48 Diperbarui: 28 Februari 2024   11:50 55
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Mamak Menyapa Tetangga. Sumber Gambar: dakwatuna.com

Sering Memberi Makanan Ke Tetangga

"Tolong kasih kue ini ke Ibu Ros", mataku nanar melihatnya. "Kuenya ini mak?" tanyaku tak percaya. Kue bolu pandan itu tampak sangat sederhana. Kupikir apa mau Bu Ros yang kaya itu menerima kue ini. Nyatanya pikirku terlalu kerdil sesuai usiaku yang masih SD. Bu Ros ternyata tampak sumringah. "Bilang sama Mak Butet makasih ya. Enak kali lah kue ini."

Memberi Pinjaman Tanpa tahu Siapa-Siapa

"Pulang dulu aku ya Mak Butet. Makasih ya." Waktu itu aku penasaran, Bu Hamidah tentu bukan nama sebenarnya sudah dua kali datang ke rumah dalam dua pekan. "Ngapain tadi Bu hamidah, mak." Mamak Cuma tersenyum melihatku. "Namanya kawan mamak, rupanya enggak boleh orang datang main ke rumah." Barulah dibatas usianya, aku tahu Mak Hamidah datang meminjam uang. Pun uang itu dibayar setelah mamak pergi dengan sejuta kenangan. "Mamakmu baik sama aku," Kata Bu Hamidah.

Datang Ke Banyak Pengajian Atau Wirid yang Diadakan Warga

Mamak termasuk yang sering datang ke pengajian atau perwiridan. Tanpa pandang bulu, mau itu pengajian berbasis Muhammdiyah atau wirid ala NU mamak pasti datang. Katanya wirid memperpanjang usia dan memperbanyak saudara. Terbukti ketika Mamak pergi keharibaaanNya. Banyak sekali orang yang datang. Sebagian dari pengajian yang dia ikuti. Bu Tuti yang sudah sangat tua, mungkin lebih tua dari mamak menyapaku waktu itu. "Enggak ada lagi kawanku jalan wirid ke Gang Al Hidayah. Sudah enggak Ada Mamakmu." Kusalam tangan Bu Tuti erat-erat. "Doakan mamak ya, bu." Lalu Bu Tuti meneteskan air mata.

Membangunkan Tetangga Sahur di Bulan Ramadan

Kebiasaan yang khas dari mamak adalah membangunkan tetangga untuk sahur. Kebiasaannya bagun terlalu dini membuatnya kerap menjadi alarm sahur tetangga. "Oh Roni, bangun kau. Sudah sahurnya, kalian." Selanjutnya pasti disahut dengan keras juga, "Sudah bangun wak. Dari tadinya kami bangun". Mamak akan tertawa mendengarnya. "Mana tahunya belum bangun si Roni." Setelah itu giliran Mak Ana, Mak Alwi, Mak Kasih pulalah turut dibangunkan.

Menyambangi Orang yang Berduka

Mamak kerap menunjukkan duka yang dalam ketika ada tetangga yang meningga. Dia pernah bilang, "Aku tahu dia dari dulu seperti apa. Meninggal pula dia duluan. Sedihlah hatiku." Maka, mamak tanpa petitah akan takjiah ke rumah duka. Mengulurkan tangan dan berbincang sejenak untuk meneduhkan hati orang yang berduka. Sebaliknya berbalas, ketika mamak tiada, begitu banyak orang yang mengulurkan tangan kepadaku. Mengucapkan duka dan berupaya membuatku meredakan duka.

Mak Butet, itulah ibuku. Dia sudah pergi beberapa tahun yang lalu. Setelah beberapa bulan di rumah sakit, mamak akhirnya melepas kebahagiaannya di dunia ini. Kata Ayah, mamak telah berpamit kepada dirinya dan meminta untuk menjaga kami agar saling menjaga silaturahmi. Agar anak-anaknya tak berpecah belah setelah mamak tiada.   

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun