Mohon tunggu...
Alex Palit
Alex Palit Mohon Tunggu... Jurnalis - Jurnalis

Membaca Bambu Mengungkap Makna

Selanjutnya

Tutup

Music Artikel Utama

Nada-nada Radikal Musik Indonesia

14 Februari 2020   01:30 Diperbarui: 15 Februari 2020   03:39 413
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Begitupun musisi itu juga tak bedanya dengan seorang pengamat yang memiliki kepekaan dan sikap kritis terhadap persoalan kemasyarakatan. Bahkan daya kritis musisi dalam melihat persoalan bangsa tidak kalah dengan pengamat politik sekalipun. Hanya beda media penyampaian.

Kalau pengamat politik menyampaikan amatannya lewat analisa-analisa atau kajian didasarkan pada referensi politis. Sementara pengamatan musisi lebih pada aspek sosio kultural atau kesenian, walau secara substansial ketajamannya tidak kalah dengan pengamat politik.

Kalau pengamat politik gaya penyampaiannya lewat bahasa eksplisit atau to the point, sedang musisi dalam menyampaikan sikap kritis kritikannya dibungkus dalam bahasa seni yang cenderung implisit, plastis dan interpretatif, walau secara substansif ketajaman amatannya tak kalah dengan pengamat politik. Termasuk dalam penyampaian kritik sosial.

Bahkan secara artikulatif, musik protes yang diekpresikan musisi bisa lebih lantang, walau tanpa serta-merta menuding batang hidung siapa pun yang dikritiknya. Apa yang disampaikan musisi lewat musik protes atau kritik sosial ini tak ubahnya sebagai kontrol sosal yang diekspresikannya dalam bentuk musik, lagu atau nyanyian, atau nada-nada itu sendiri.

Sebagaimana kalau kita cermati lagu Asik Nggak Asik -- Iwan Fals, itulah sejatinya politik, di mana dunia politik itu penuh intrik. Atau di lagu Politik Uang, jual beli suara untuk kemudian dijadikan instrumentasi pemenangan. Atau di lagu Sumbang, itulah sejatinya politik yang amoral, maling teriak maling, lempar batu sembunyi.

Setidaknya lewat ketiga lagu tersebut, Iwan Fals bicara soal politik dalam amatan bahasa kesenimanannya. 

Begitu halnya ketika kita mencermati lagu-lagu di album Kantata Takwa, Cermin-nya God Bless atau Perahu Retak-nya Franky Sahilatua, di situ akan kita mendapati syair lirik lagu mulai dari menyoal moralitas, spiritualitas, humanisme, atau kritik sosial atas realitas sosial yang ada di tengah masyarakatnya.  

Begitupun ketika kita dengar Nyanyian Tambur Jalan Komedi Badut Pasar Malam, bagaimana Leo Kristi lewat bahasa lagu dengan liriknya yang plastis dan interpretatif menyindir dan mengkritisi prilaku di mana diri seorang penyair, penulis dan pemimpin yang mengabaikan moralitas atas status sosialnya.

Dan pastinya masih banyak lagi lagu atau nyanyian-nyanyian bertemakan serupa, apakah itu tentang humanisme atau nada-nada radikal berupa kritik sosial yang diekspresikan dan dikumandangkan musisi lewat bahasa musik (lagu). Di mana nada-nada radikal berupa protes sosial ini tak lain adalah sebagai bentuk sikap kritis musisi dalam menyikapi atau respon atas kondisi sosial yang ada.

Dan apa yang dikumandangkan musisi lewat nada-nada radikalnya ini pada intinya adalah sebagai refleksi kritis atas realitas sosial yang ada di tengah masyarakat. Karena bukan tidak mungkin dari syair atau puitisasi bait-bait lirik di lagu tersebut -- atau bahkan nada-nada itu sendiri -- terkandung pesan yang ingin disampaikan oleh sang musisi atau pencipta lagu tersebut lewat bahasa musik untuk kemudian diinterpretasikan, diterjemahkan, dimaknai dan diapresiasi dalam konteks zaman, kemarin, kini dan esok.

Karena musik itu sendiri tidak pernah mati. Ia akan terus hidup mengatasi ruang dan waktu. Bahkan bukan tidak mungkin apa yang tersurat dan tersirat di lagu tersebut masih relevan atau menemukan kembali relevansinya secara kontekstual dengan realitas sosial yang terjadi saat ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Music Selengkapnya
Lihat Music Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun