Mohon tunggu...
PETRUS PIT SUPARDI
PETRUS PIT SUPARDI Mohon Tunggu... Penulis - Menulis untuk Perubahan

Musafir di rumah bumi Papua

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Yesus dan Injil ke Papua untuk Siapa?

5 Februari 2021   09:00 Diperbarui: 5 Februari 2021   09:18 460
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Suasana Misa di gereja Katolik Santo Martinus de Porez Ayam, Min (dokpri)ggu, 24 Oktober 2020

"Aku datang, supaya mereka mempunyai hidup dan mempunyainya dalam segala kelimpahan," (Yohanes 10:10)

Siapakah orang Papua? Siapakah Gereja? Yesus dan Injil datang ke Papua untuk siapa? Apakah Gereja di Papua telah menjadi Gereja Papua? Sejauh mana Gereja berperan dalam proses transformasi sosial orang Papua? Sejauh mana Gereja di Papua menjadi rumah yang aman bagi orang Papua?

Kita sedang melintasi Papua. Kita mengarungi lautan. Kita melewati sungai. Kita berjalan menembus rawa-rawa, pegunungan dan perbukitan yang berhutan lebat. Di sana tinggal manusia Papua. Kita hendak menjumpai orang Papua. Kita mau masuk dan menjadi bagian hidup mereka. Kita tidak datang ke Papua untuk sekedar menikmati keindahan alam. Kita juga tidak bermaksud mengumpul harta kekayaan duniawi di tanah Papua. Kita datang untuk orang Papua.

Membawa Yesus dan Injil Masuk ke dalam Rumah Hidup Orang Papua

Siapakah orang Papua di hadapan kita? Mengapa kita membawa Yesus dan Injil kepada orang Papua? Sudah 166 tahun Yesus dan Injil datang menyapa orang Papua. Para Misionaris Protestan dan Katolik dari Eropa membawa Yesus dan Injil ke Papua. Yesus dan Injil diperkenalkan kepada orang Papua. Kemudian, orang Papua menerima Yesus dan Injil itu. Sejak saat itu, terbentuklah Gereja Papua.

Orang Papua menerima Yesus dan Injil dengan persyaratan-persyaratan ketat. Untuk menerima Yesus dan Injil, orang Papua harus melepas sebagian adat dan budaya, yang dianggap bertentangan dengan semangat Injil: benda-benda sakral yang dilihat oleh misionaris seebagai berhala-berhala, tatacara upacara adat tertentu, kebiasaan poligami, kebiasaan perang, kebiasaan pengayauan. Meskipun kebiasaan-kebiasaan itu bertalian dengan hidup makmur, kesuburan, keberlanjutan hidup komunitas, tetapi harus dilepaskan demi menerima Yesus dan Injil.

Realitas Papua dewasa ini, mengantar kita mengalami bahwa Yesus dan Injil datang bukan sebagai bagian dari orang Papua. Ia datang sebagai orang asing. Yesus orang luar. Ia menyapa orang Papua bukan sebagai bagian dari komunitas hidup orang Papua, melainkan orang luar yang datang menawarkan suatu cara hidup baru. Cara hidup itu diyakini memberi keselamatan kepada orang Papua. Dan, setelah 166 tahun Yesus dan Injil datang menjumpai orang Papua, tampak bahwa Yesus masih sama yaitu orang luar. Ia masih berdiri di luar rumah orang Papua.

Bagaimana membawa Yesus dan Injil masuk ke dalam rumah hidup orang Papua? Untuk membawa Yesus memasuki rumah hidup orang Papua, kita mesti memahami siapakah orang Papua? Orang Papua hidup dalam komunitas-komunitas yang dibangun sejak zaman nenek moyang dengan adat-istiadat, budaya, kebiasaan-kebiasaan. Kita mesti memahami bahwa konstruksi adat-istiadat orang Papua, apa pun bentuknya adalah cara mereka memelihara kesuburan, demi kelangsungan hidup dan masa depan komunitas.

Yesus dan Injil datang menjumpai orang Papua yang telah memiliki suatu bentuk, pola cara hidup yang diwariskan turun-temurun. Bagaimana Yesus menerima cara hidup orang Papua itu? Apa pun alasannya, Yesus mesti menerima orang Papua dengan segala keberadaannya. Sebab, sebagaimana Yesus bertumbuh dalam budaya Yahudi, demikian halnya, orang Papua bertumbuh dalam budaya asali mereka masing-masing. Karena itu, perjumpaan Yesus dengan orang Papua adalah perjumpaan kesetaraan, tanpa saling meredusir, merendahkan satu sama lain.

Sampai saat ini, kita menyaksikan tetapi juga mengalami bahwa Yesus masih berdiri di luar rumah orang Papua. Yesus belum masuk ke dalam rumah hidup orang Papua. Apakah Yesus sengaja tidak mau masuk ke dalam rumah hidup orang Papua? Atau sebaliknya, mereka yang menamakan diri kaum terpilih, tertahbis, Uskup, Pastor, Pendeta, Diakon yang menahan Yesus supaya tidak masuk ke dalam rumah hidup orang Papua?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun