Mohon tunggu...
PETRUS PIT SUPARDI
PETRUS PIT SUPARDI Mohon Tunggu... Penulis - Menulis untuk Perubahan

Musafir di rumah bumi Papua

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Perjuangan Perempuan Papua, Yuli Maniagasi Mengelola Pasar Agats

9 Januari 2019   04:10 Diperbarui: 9 Januari 2019   16:08 1934
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Yuli Maniagasi, Kepala Pasar Agats, Asmat. Dok. Pribadi.

Sebagai perempuan yang lahir dan besar di tanah Asmat, Yuli mempunyai mimpi khusus bagi Mama-Mama Papua.

"Saya akan mendampingi Mama-Mama supaya mereka bisa manfaatkan hasil jualan mereka untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga. Mereka harus bisa menabung. Misalnya, setiap hari mereka bisa tabung lima ribu per hari. Dengan tabungan, mereka bisa kasih sekolah anak-anak. Saya punya mimpi mereka tidak minta-minta uang di pemerintah supaya orang tidak anggap remeh mereka," harapnya.

Meskipun demikian, harapan Yuli tidak sepenuhnya bisa dilakukan Mama-Mama. Sebagian besar Mama-Mama belum terbiasa menabung dari hasil jualannya. Seringkali, uang hasil jualan langsung habis dibelanjakan berbagai kebutuhan hidup mereka.

"Saya biasa tanya ke Mama mereka, apakah mereka menabung, tetapi Mama mereka bilang bahwa mereka tidak menabung karena belanja makanan. Saya berharap ke depan harus ada kerja sama dengan Bank supaya ada petugas yang datang ke Mama-Mama setiap sore supaya Mama-Mama bisa stor tabungan," tutur perempuan yang menyelesaikan pendidikan menengahnya di SMA John 23 Merauke pada tahun 2005 silam ini.

Yuli berharap ke depan, ada pendampingan bagi Mama-Mama Papua di Asmat untuk selalu menabung. Kebiasaan menabung harus menjadi bagian dalam hidup Mama-Mama sehingga hasil jualan tidak langsung habis untuk belanja makan dan minum saja. Siapakah yang akan memberikan pendampingan bagi Mama-Mama?

"Sebenarnya, secara pribadi, saya tidak mau urus pasar Mama-Mama di Agats, tetapi Pak Frans sampaikan bahwa hanya saya yang Mama-Mama bisa dengar, sehingga saya bersedia. Untuk bisa bicara dengan Mama-Mama, saya harus bisa "mengambil hati" Mama-Mama. Saya kasih pemahaman kepada Mama-Mama. Kemudian, kami bicara," tutur Yuli.

Yuli menambahkan, "Pernah ada teman-teman dari Satpol PP dan Perindakop mereka bicara, Mama-Mam tidak mau dengar, sehingga mereka datang panggil saya di kantor. Saya pergi ke pasar Mama-Mama dan bicara dengan Mama-Mama mereka," kisah Yuli.

Mama-Mama Papua tidak setiap hari berjualan di pasar yang telah disediakan oleh pemerintah daerah kabupaten Asmat. Mereka berjualan tatkala ada hasil kebun seperti daun singkong, sawi, sayur paku dan lain-lain. Sebagian Mama Papua yang memiliki modal membeli sayur dari para petani di Ayam dan Ewer dan menjualnya kembali di pasar Mama-Mama Papua di Agats.

Menyikapi kondisi demikian, Yuli mengajak Mama-Mama yang tidak berjualan supaya bisa memberikan tempatnya bagi Mama-Mama yang ada jualan. "Saya bicara dengan Mama-Mama supaya mereka yang tidak punya jualan bisa kasih tempat jualannya kepada Mama-Mama yang ada jualan sehingga pasar Mama-Mama selalu ada aktivitas jual beli," tutur Yuli.

Berhadapan dengan Mama-Mama Papua tidaklah muda. "Saya pernah minta kepada Pak Frans supaya berhenti perhatikan Mama-Mama, tetapi Pak Frans bilang kalau bukan saya baru siapa lagi yang mau lihat Mama-Mama ini sehingga saya masih bertahan sampai sekarang," kisah Yuli.

***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun