Mohon tunggu...
PETRUS PIT SUPARDI
PETRUS PIT SUPARDI Mohon Tunggu... Menulis untuk Perubahan

Musafir di rumah bumi Papua

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Potret Perempuan Asmat yang Tangguh

5 Juni 2018   21:18 Diperbarui: 7 Juni 2018   05:06 2754
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Anak-anak perempuan Asmat mulai memperoleh akses kepada pendidikan berkualitas di SD YPPK St. Don Bosco, Ewer, 8 September 2017. Perlu kolaborasi dan integrasi di semua sektor untuk memperhatikan anak-anak perempuan Asmat supaya bisa memperoleh layanan pendidikan, kesehatan dan ekonomi secara memadai. Dok. Pribadi

Pada sore hari, mama-mama akan kembali ke rumah. Di rumah, mama-mama Asmat mulai memasang api dan memasak makanan untuk keluarga. Rutinitas ini dijalani oleh mama-mama Asmat setiap hari tanpa mengenal lelah.

Mama-mama Asmat melaksanakan peran ganda, mengandung, melahirkan, menyusui dan merawat anak-anak. Mereka juga mengerjakan segala hal yang berkaitan dengan keberlangsungan hidup keluarga. Mereka mencari makanan di dusun dan menyiapkannya di dapur.

Mama-mama mengambil peran besar di dalam kehidupan keluarga. Kesibukan bekerja, seringkali membuat mama-mama "lupa" merawat anak-anak yang telah susah payah dilahirkannya. Kita menyaksikan banyak anak Asmat tidak bersekolah. Anak-anak itu telah terabaikan karena kesibukan sang mama. Anak-anak kehilangan masa depannya. 

Bagi orang dari luar Asmat, pekerjaan yang diemban mama-mama Asmat tampak "menyiksa" mama-mama. Tetapi, mama-mama Asmat menganggapnya biasa. Mereka menerima sebagai tugas dan tanggung jawab di dalam kehidupan keluarga dan sosial.

Mama-mama Asmat memberikan gambaran betapa perempuan memiliki peran strategis di dalam keberlangsungan kehidupan suatu keluarga Asmat. Mama Asmat melakukan sebagian besar pekerjaan rumah tangga. Dengan peran yang diemban itu, mama Asmat bisa menjadi agen perubahan dan perbaikan tatanan sosial kehidupan orang Asmat.

Mengingat mama-mama Asmat memegang peran sentral di dalam kehidupan keluarga, maka program pembangunan di Asmat, baik yang dilaksanakan oleh pemerintah dan Gereja perlu melibatkan mama-mama Asmat. Keterlibatan mama-mama Asmat, bukan sebagai pelengkap, tetapi harus menjadi bagian utuh dari program pembangunan Asmat di masa depan.

Selama ini, mama-mama Asmat sekedar terlibat sebagai mama-mama PKK, WKRI, kelompok kerja kebun dan lain sebagainya. Mama-mama Asmat belum terlibat secara utuh di dalam proses perencanaan dan pembangunan Asmat. 

Pikiran dan refleksi mama-mama Asmat tentang masa depan Asmat belum tampak di dalam setiap pengambilan kebijakan untuk pembangunan Asmat. Mama-mama Asmat masih terlupakan.

Kisah paling tragis dialami mama-mama Asmat yaitu ketika mereka harus memangku jasad darah daging mereka akibat campak dan gizi buruk. Pada bulan Desember 2017 sampai Januari 2018, Asmat dihebohkan dengan kasus gizi buruk dan campak. 

Tercatat tujuh puluh dua anak mati akibat penyakit campak dan gizi buruk. Suatu kematian yang sebenarnya tidak perlu terjadi karena Asmat kaya sumber daya alam. Ironisnya, anak-anak Asmat mati di atas kekayaan alam yang melimpah itu.

Mama-mama Asmat melahirkan anak-anak dalam rentang waktu yang singkat. Seringkali, seorang anak baru berumur enam bulan, sang mama sudah hamil lagi. Jarak kelahiran yang tidak teratur menjadi pemicu penderitaan mama dan anak-anaknya. Sekali lagi, mama-mama Asmat menanggung semua penderitaan ini. Mama mana yang tega menyaksikan buah rahimnya terkulai tak bernyawa di dalam pangkuannya?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun