Tahun ini disebut "Tahun Politik" Â karena ada 171 daerah, baik provinsi maupun kabupaten/kota menggelar pesta demokrasi Pemilihan Umum Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah atau bisa disebut Pemilukada. Data terakhir yang direaless Komisi Pemilihan Umum kurang lebih 569 kontestan pasangan Calon Kepala Daerah/Wakil Kepala Daerah yang siap bertarung, 4 pasangan di tolak. Dari data itu, ada 17 daerah yang melaksanakan pemilihan gubernur dan wakil gubernur, sisanya pemilihan bupati dan wakil bupati. Jumlah keseluruh calon adalah 1146 calon (laki-laki 1045, perempuan 101). Â (sumber: baca)
Tahapan penyelengaraan pemilukada pun tengah berlangsung. Tensi politik memanas. Suhu politik mulai mendidih dan tentu sangat terasa di daerah-daerah yang akan menggelar pesta pemilihan kepala daerah dan wakil kepala daerah.
Tahun ini kita juga pasti akan mendengar berbagai janji, bahkan beribu-ribu janji politik ditawarkan. Entah dalam bentuk kampanye terbuka ataupun kampanye tertutup. Janji-janji politik itu mungkin sudah mulai terdengar. Ada yang masih sayup-sayup. Atau mungkin ada sudah terdengar keras dan kencang walaupun masih terselubung.
Tahun ini kita juga akan mendengar pemaparan visi dan misi dan program kerja masing-masing calon. Halaman-halaman surat kabar, media online, pamlet, baliho pasti penuh dengan gambar, foto dan profile para kandidat.
Yang jelas semua peserta kompetitor pemilukada pasti menawarkan program-progam muluk untuk menarik simpati. Semua pasangan calon atau paslon kepala daerah dan wakil kepala daerah, tim sukses dan segala tetek bengeknya pasti berbicara soal kesejahteraan dan  kemakmuran. Bahkan kelak kita pasti juga akan diimingi-imingi sejumlah uang atau biasa dikenal dengan sebutan "money politik" untuk memilih calon tertentu.
Bijak Memilih
Menghadapi tahun politik yang penuh hingar-bingar ini tentunya selaku pemilih kita diharapkan untuk bijak memilih. Hak otoritas menentukan pemimpin itu ada ditangan kita. Itulah nafas dan nadi pokok demokrasi yang kita anut. Kedaulatan politik itu ada ditangan kita. Karena itu kendatipun kita diperhadapkan dengan berbagai propganda dan janji-janji politik, selaku pemilih kita diharapkan bijak dalam menentukan pilihan.
Bijak berarti kemampuan menggunakan akal pikiran dalam menentukan sikap terhadap setiap keadaan atau peristiwa sehingga apa yang kita putuskan itu memancarlah keadilan, membawa kedamaian batin dan kebahagian serta sejahteraan bagi orang lain. Oleh karena itu, bijak atau bijaksana dalam memilih merupakan sebuah kemampuan dan kecermatan kita dalam menentukan pilihan yang tepat terhadap calon kepala daerah yang kelak akan memimpin kita dan membangun daerah atau bangsa kita yang tercinta.
Orang yang bijak adalah orang yang berani menolak dan mengatakan tidak terhadap setiap tindakan yang mengadaikan hak pilihnya sebagai hak otoritas dan hak kedaulatannya kepada kesenangan yang bersifat sementara seperti uang, materi dan janji-janji yang belum tentu mendapatkan kepastian.
Bijak Memilih Pemimpin
"Bijak Memilih di Tahun Politik" berarti kita bijak dalam memilih dan menentukan pemimpin yang akan memimpin dan membawa kita kearah yang lebih baik. Pemimpin yang benar-benar mampu mengangkat harkat dan martabat masyarakat yang dipimpinnya. Â Itulah makna pokok dilaksanakannya pemilikada yang digelar selama lima tahunan sehingga masyarakat selaku pemegang hak kedaulatan dapat menentukan pemimpinnya sendiri.