(Catatan Perjalanan Bagian I )
Ada rasa syukur dan bahagia karena kali ini saya kembali mendapat kesempatan untuk mengelilingi Raja Ampat. Jujur ini memang bukan kali pertama saya mengelilingi Raja Ampat. Sejak di Pemda Raja Ampat saya sudah terlalu sering mengelilingi Raja Ampat dalam berbagai agenda kegiatan pemda Raja Ampat. Hanya bedanya kali ini perjalanan sedikit nyaman  karena menggunakan KM. Marina Express sebuah kapal penumpang dengan berkapasitas besar.
Dengan ini saya juga memiliki kesempatan istimewa untuk menikmat perjalanan sambil membuat catatan-catatan kecil. Dengan kapal yang memiliki dua deck ini saya juga bisa merasakan sensasi getaran keindahan alam Raja Ampat yang menyejukkan hati.
Setelah mendapat tugas dinas untuk mengikuti rombongan Bupati mengelilingi Misool dalam rangka jaring aspirasi masyarakat, saya segera menyiapkan diri dan menyesuaikan diri dengan agenda protokoler pemda Raja Ampat.
Mendengar kata "Misool" tentunya bagi yang sudah pernah kesana, pasti sudah membayangkan pesona dan keindahan alamnya. Tetapi juga pesona budaya dan tata kerama masyarakat setempat. Yah itulah Misool. Jauh tetapi juga memikat.
Kepulauan Misool merupakan salah satu pulau terbesar dari empat pulau besar di Kabupaten Raja Ampat. Ada ratusan pulau-pulau kecil seputar Pulau Misool. Pulau-Pulau itu merangkai suatu pesona alam yang luar biasa. Â Misool juga menyimpan sejumlah obyek wisata menarik sebut saja misalnya, Daponlol di Misool Selatan, Telaga Cinta, Pulau-Pulau Kecil depan Waigama, Matbitim, Selat Panah-Panah di Misol Selatan, dan Gua Keramat dan lain-lain obyek wisata yang memanjakan mata.
Bagaimana kesana? Karena ini perjalanan dinas, maka kisah perjalananku kali ini dengan mengambil titik start Waisai-Ibukota Kabupaten Raja Ampat. Â Kalau mengandal kocek pribadi tentu sulit bagi saya untuk berkeliling seperti kali ini. Mengelilingi Raja Ampat itu mahal. Apalagi kampung-kampung di Raja Ampat terpencar dari satu pulau ke pulau yang lainnya. Kita butuh bahan bakar tak sedikit dan persediaan bahan makanan yang banyak.
Sebenarnya ada banyak rute yang bisa dilalui jika anda mau ke Misool dan sekitarnya. Bagi  wisatawan luar Raja Ampat, bisa saja memilih jalur dari Sorong  atau bisa juga dari Wilayah Seram-Maluku karena saat ini jalur transportasi Seram-Misool-Sorong PP sudah dilayani kapal pemerintah dan kapal swasta secara regular. Juga ada kapal regular dari Kota Sorong-Misool PP.
KOFIAU SURGA YANG TERPENDAM DI "SURGA" RAJA AMPAT
Pagi itu, Sabtu 23 September 2017. Jarum jam ditanganku masih menunjukkan pukul 06.45 WIT. Saya mempersiapkan segala perlengkapan perjalananku kali ini berupa pakaian untuk beberapa hari selama mengeliling kepulauan Misool dan Kepulauan Sembilan-Raja Ampat namun sebelum singgah di Distrik Kofiau untuk menjumpai masyarakat disana.
Setelah beres, saya pun meluncur ke Pelabuhan Waisai dengan menggunakan kendaraan roda dua. Sebagai informasi, dengan pesatnya pembangunan Kota Waisai sebagai pusat pemerintahan dan pusat kegiatan ekonomi di Raja Ampat,maka sarana transportasi dari dan menuju pelabuhan Waisai tidak saja kendaraan roda tetapi juga banyak kendaraan  roda empat, mobil rental dan ojek.
Setibanya dipelabuhan, hampir semua rombongan telah siap. Juga terdapat beberapa jurnalis yang ikut dalam rombongan turkam pemerintah daerah kala itu. Â Nampak beberapa rombongan berdiri didermaga, sedangkan lain sudah ada diatas kapal. Sementara beberapa yang lain asyik bercengraman di pelataran pelabuhan sambil menikmat fajar pagi itu.
Tak beberapa lama, Mobil PB 1 RA berwarna putih merapat perlahan ke  pelabuhan Waisai-Kabupaten Raja Ampat. Bupati Raja Ampat, Abdul Faris Umlati, SE pun keluar dari mobilnya. Sejumlah pejabat eselon II menyalami bupati. Tak beberapa lama muncul mobil Kapolres Raja Ampat yang hari itu merupakan hari pertama bagi Putra Demak-Jateng itu bertugas di Raja Ampat.
Ada gerimis  menghiasi fajar pagi itu saat KM. Marina Express pun lepas tali di Pelabuhan Waisai-Raja Ampat. Perjalanan dengan menggunakan kapal sekelas dan sebesar KM. Marina Express merupakan perjalanan yang cukup nyaman untuk mengeliling daerah sekelas Raja Ampat. Selain karena 90 % wilayah Raja Ampat merupakan wilayah perairan, tetapi juga penyebaran penduduk pun hamir merata di semua pulau yang ada.Â
Inilah tantangan pelayanan pembangunan wilayah kepulauan. Sebagai wilayah perairan, memilih transportasi yang adalah pilhan yang bijak. Selain antisipasi ancaman gelombang yang besar tetapi juga kapal itu bisa digunakan sebagai "rumah terapung" selama melakukan perjalanan keliling. Inilah cirikhas wilayah berkarakteristik kepulauan. Kebutuhan biaya BBM yang tinggi adalah yang sangat wajar demi pelayanan dan pendekatan pembangunan kepada masyarakat.
 Gerimis masih menyirami bumi bahari Raja Ampat. KM. Marina Express 7 E secara perlahan meninggalkan pelabuhan Waisai Raja Ampat/Port Of Waisai. Gerimis yang mengiring perjalanan itu, mengingatkan saya nasehat-nasehat orang tua Raja Ampat. Bagi mereka hujan itu adalah berkat. Kepercayaan itu bahkan tetap hidup dan berkembangan saat dan telah menjadi suatu kepercayaan umum  bahwa hujan atau gerimis itu adalah berkat.
Laut nan teduh pagi itu membuat perjalanan Waisai-Kofiau merupakan perjalanan yang menyenangkan. Sejumlah rombongan asyik dengan aktivitasnya masing-masing. Ada yang maen game. Ada yang asyik menyaksikan film-film laga yang diputarkan kapten kapal. Saya sendiri lebih banyak memanfaat waktu duduk di dek belakang bagian atas kapal itu. Disitulah tempat pas untuk menyaksikan indahnya panorama alam Ampat. Â Berbekal kamera android, saya sesekali mengabadikan moment indah dalam perjalanan itu.
Sejumlah pemandangan menarik bisa diabadikan sepanjang perjalanana ini. Ada pesona alam pulau Bantata, Mansawar dan beberapa pulau-pulau kecil lainnya. Raja Ampat memang terkenal dengan banyak gugusan pulau-pulau kecil tak berpenghuni. Pulau-pulau itu memiliki pasir nan indah. Putih bagaikan salju.
Setelah menempuh perjalanan kurang lebih dua jam  deretan beberapa pulau kecil nan indah nampak dibalik birunya lautan Raja Ampat. Siang itu, KM. Marina Expres terus melaju. Lama kelamaan bayangan nan indah mulai menampakkan dirinya secara jelas. Itulah gugusan kepulauan Kofiau.
Tak beberapa lama setelah mendekat dengan gugusan itu, semua rombongan bangkit dari kursinya masing-masing. Semua pandangan keluar menyaksikan indahnya lukisan kepulauan Kofiau.
Windy menjelaskan  ada beberapa kendala dan tantangan yang dihadapi untuk menuju Pulau Kofiau. "Akses terbatas, tidak ada kapal umum yang menuju ke Pulau Kofiau. Anda harus menyewa kapal secara khusus atau menumpang perahu nelayan," ceritanya kepada Okezone melalui pesan elektronik belum lama ini.
Lebih lanjut, penulis buku "Life Traveler" ini juga menceritakan bagaimana keterbatasan untuk sekedar tinggal di Pulau Kofiau. Menurutnya, tidak ada fasilitas pariwisata yang berdiri di Pulau Kofiau, seperti penginapan atau hotel.
Meski begitu, Windy tidak berkecil hati, karena banyak pemandangan unik yang jauh dari kata modern yang bisa dijumpai di Pulau Kofiau. Bahkan, Windy merasa beruntung bisa tinggal di Kofiau yang sehari-hari penduduk lokalnya masih melaut dan berladang.
Windy juga berkisah "ada pohon cokelat serta kelapa di sini, dan mereka juga menganyam. Jadi, saya beruntung bisa tinggal di sana beberapa hari dan berinteraksi dengan penduduk lokal, menjelajah pulaunya dan mendengar langsung bagaimana mereka melihat pulau tempat tinggalnya,"
Selain penabuh tambur, diatas jembatan itu telah menunggu sejumlah aparat distrik dan aparat kampung se-Distrik Kofiau. Juga terdapat gadis-gadis remaja yang siap mengalungkan bunga kepada bupati dan rombongan.
Dalam  pertemuan itu, Bupati Raja Ampat, Abdul Faris Umlati, SE didampingi Wakil Ketua I DPRD Raja Ampat, Rahmawati Tamima serta anggota DPRD Raja Ampat dan Kapolres Raja Ampat menjelaskan maksud dan tujuan kunjungannya yang diawali dengan mendengarkan aspirasi masyarakat.