Mohon tunggu...
Husaini Algayoni
Husaini Algayoni Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Kolumnis

Dalam seruputan secangkir kopi ada imajinasi. Hobi membaca, menulis, travelling, menonton, mendengar musik.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Politik Adu Domba "Gaya Politik Orientalis"

27 April 2018   12:08 Diperbarui: 27 April 2018   12:23 893
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Gambar Chirpstory.com

Orientalis terkemuka Christiaan Snouck Hurgronje merupakan musuh nomor wahid umat Islam di Nusantara, khususunya bagi masyarakat Aceh begitu lekat dengan sosok jenius ini sehingga masyarakat Aceh menyebutnya dengan "Tuan Seunuet" atau si perusak.

Snouck mempunyai peran penting dalam melemahkan spirit perjuangan umat Islam melawan kolonial Belanda, si Snouck mempelajari Islam kemudian dari dalam ia menghancurkan Islam dan mengadu domba rakyat Aceh antara kalangan ulama dengan uleebalang (orang-orang yang berpendidikan) serta memutarbalikkan fakta ajaran agama untuk kepentingan penjajah kolonial Belanda.

Aceh sulit ditaklukkan oleh Belanda karena dilatarbelakangi kuatnya Islam dalam tubuh rakyat Aceh yang didoktrin oleh para ulama untuk membangkitkan semangat juang melawan penjajah, si Snouck melihat ulama mempunyai peran vital dalam membangkitkan semangat perjuangan melawan Belanda; oleh karena itu ia merancang strategi melemahkan ulama sehingga spirit Islam memudar.

Salah satu strateginya ialah ia membenturkan dan mengadu domba antara ulama dengan ulama dan antara ulama dengan para uleebalang sehingga terjadi kesalahpahaman antar rakyat Aceh dan terjadilah permusuhan.

Gaya politik orientalis si perusak tersebut kini merasuki politisi Indonesia dan pengikutnya untuk mengadu domba sehingga melahirkan permusuhan antar anak bangsa, antar kalangan ulama dengan nasionalis untuk kepentingan merebut kekuasaan di negeri tercinta ini.

Ketamakan dan keserakahan menimbulkan permusuhan sehingga keadaan Indonesia menjelang pemilihan presiden 2019 berada dalam keadaan darurat, suhu politik memanas yang dibakar oleh politisi tua maupun muda yang sama-sama ingin menjadi penguasa sehingga tidak tahu lagi mana seorang negarawan dan politisi. Seorang politisi hanya memikirkan siapa yang maju dan duduk menjadi penguasa walaupun dihiasi dengan ucapan-ucapan manis demi kepentingan bangsa dan kepentingan rakyat.

Para politisi maupun pengikutnya baik itu di dunia maya maupun dunia nyata bertikai dan bermusuhan demi kepentingan kelompoknya bahkan memecah belah persatuan dengan politik adu domba yang diterapkan oleh sebagian politisi, kemana pendidikan politik yang baik dan saling respeck antar sesama ataukah hanya sebagai pepesan kosong dalam kurikulum pendidikan.

Sebagai penyejuk politik yang semakin memanas seharusnya diperankan oleh politisi tua sebagai sesepuh yang pemikirannya sudah matang dalam berpolitik namun kini sepertinya das sein dan das sollen jauh dari harapan karena semakin tua semakin ngawur dalam berpolitik bukannya semakin tua semakin bijak.

"Ketidak puasan bukan hanya berkaitan dengan kebijakan, keserakahan juga bisa melahirkan ketidakpuasan. Keserakahan itulah yang melahirkan tamak, dengki dan nafsu ingin berkuasa melebihi apa yang telah diberi. Berhati-hatilah dengan keserakahan karena keserakahan itulah yang melahirkan permusuhan." Sebuah nasihat dari Malikussaleh kepada anaknya Malikuddhair dalam Novel "Samudra Pasai: Cinta dan Pengkhianatan."

Wahai para elite yang mengejar kekuasaan maupun kaum media sosial yang menebar kebencian di negara tercinta ini, Indonesia mempunyai berbagai macam suku, bahasa dan agama janganlah kau pecah belah bangsa ini menjadi kacau hanya karena kepuasan nafsu perutmu mendapat jabatan dan kekuasaan. Jika seandainya ingin mengejar kekuasaan dan jabatan maka bersainglah dengan fair dan damai sesuai dengan undang-undang yang telah diataur di negara tercinta ini.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun