Mohon tunggu...
Permono Adi Putro
Permono Adi Putro Mohon Tunggu... Penggiat Literasi

Berliterasi untuk tidak mudah teragitasi oleh obsesi.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Bius Kekuasaan: Ketika Rakyat Terlena, Penguasa Berkuasa

30 Maret 2025   02:46 Diperbarui: 1 April 2025   14:14 62
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bius Kekuasaan Sebagai Bukti Bahwa Rakyat Masih Dalam Terjangkit Penyakit (Penjajahan) (sumber: dokumen pribadi)

Dalam dunia medis, anestesi digunakan untuk membuat pasien tidak sadar agar tidak merasakan sakit saat operasi. Ini bukan hanya demi kenyamanan pasien, tetapi juga agar tim medis bisa bekerja dengan efektif tanpa gangguan. Namun, konsep "pembiusan" ini ternyata memiliki kesamaan dengan fenomena politik, di mana rakyat sering kali dibuat "tertidur" oleh janji-janji manis kampanye. Jika pasien dalam dunia medis dibius untuk menghilangkan rasa sakit, rakyat dibius oleh retorika politik agar melupakan penderitaan mereka.

Dalam setiap kampanye politik, para calon penguasa berlomba-lomba menciptakan citra diri yang sempurna. Dengan kata-kata manis dan janji perubahan, mereka berusaha menanamkan harapan di benak rakyat. Seperti dokter yang menenangkan pasien sebelum operasi, politisi berupaya menenangkan masyarakat dengan janji-janji yang tampaknya realistis. Namun, ketika efek anestesi hilang, pasien mungkin akan kembali merasakan sakit. Begitu pula rakyat---ketika kesadaran mereka pulih, mereka baru menyadari bahwa banyak janji yang tak pernah ditepati.

Dalam situasi ini, rakyat yang "terbius" menjadi lebih mudah dikendalikan. Ketika mereka sudah percaya sepenuhnya pada narasi penguasa, mereka cenderung menerima kebijakan tanpa kritis, bahkan jika kebijakan tersebut sebenarnya merugikan mereka. Inilah yang menjadi tujuan utama pembiusan politik: menciptakan ketenangan semu agar kekuasaan dapat dijalankan tanpa perlawanan berarti.

Islam telah memperingatkan bahaya pemimpin yang menipu rakyatnya. Dalam sebuah hadits, Rasulullah SAW bersabda: "Sebaik-baik pemimpin kalian adalah mereka yang kalian cintai dan mereka mencintai kalian, mereka mendoakan kalian dan kalian mendoakan mereka. Seburuk-buruk pemimpin kalian adalah mereka yang kalian benci dan mereka membenci kalian, kalian melaknat mereka dan mereka melaknat kalian." (HR. Muslim No. 1855). Hadits ini mengisyaratkan bahwa pemimpin yang baik adalah yang tulus melayani rakyatnya, bukan yang menipu dan membius mereka demi kepentingan pribadi.

Dalam Al-Qur'an, Allah berfirman: "Dan janganlah kamu campuradukkan yang hak dengan yang batil, dan janganlah kamu sembunyikan yang hak itu, sedang kamu mengetahui." (QS. Al-Baqarah: 42). Ayat ini mengingatkan bahwa kebenaran tidak boleh ditutupi dengan kebohongan, termasuk dalam konteks politik. Janji palsu adalah bentuk kedustaan yang hanya akan membawa kerugian bagi rakyat dan pemimpin itu sendiri.

Dalam konteks sosial politik sangat jelas. Rakyat harus memiliki kesadaran politik yang tinggi agar tidak mudah terbius oleh retorika kampanye. Mereka harus belajar membedakan antara janji realistis dan janji kosong, serta berani mempertanyakan kebijakan yang tidak berpihak pada kepentingan umum. Di sisi lain, pemimpin seharusnya memahami bahwa kekuasaan adalah amanah, bukan alat untuk memanipulasi rakyat demi kepentingan pribadi.

Kesadaran politik yang kuat adalah obat dari "bius kekuasaan." Sama seperti dokter yang membangunkan pasien setelah operasi, rakyat harus membangunkan diri mereka sendiri dari tidur panjang akibat propaganda politik. Jika mereka tetap diam dan membiarkan diri terbuai, maka penguasa akan semakin leluasa mengontrol tanpa batas. Rakyat harus waspada, kritis, dan berani bersuara---agar mereka tidak hanya menjadi pasien yang dibius, tetapi menjadi pemilik sejati dari negeri yang mereka huni.


#BiusKekuasaan #SadarSebelumTerlambat #JanjiManisBukanSolusi #RakyatJanganTertidur #LawanBiusPolitik #KesadaranAdalahKekuatan #JanganMudahDibohongi #BangkitMelawanManipulasi #PemimpinAmanahBukanPencitraan #BerpikirKritisSelamatkanNegeri

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun