Tengah malam jelang dini hari kemarin, penulis susah tidur. Tiba-tiba Presiden Pertama RI, Ir. Soekarno menghampiri. Maka terjadilah percakapan itu.
Soekarno: Kamu jangan terlalu banyak merenung, anak muda. Merenung itu kalau kamu ada di penjara seperti aku dulu. Berkaryalah untuk bangsa, karena kau orang bebas.Â
Oh ya, kamu sepertinya ingin tahu hasil Pemilu legislatif 2019, ya? Kamu orangnya selalu ingin tahu.
Penulis : Betul, Pak Presiden. Saya ingin tahu, juga jutaan rakyat Indonesia lainnya.
Soekarno: Catat! PDI P, partai yang membawa semangat perjuanganku akan jadi pemenang lagi. Â Tahun 2019 masih jadi tahun keberuntungan partai yang digagas putriku.
Penulis: Partai Golkar?
Soekarno: Kamu tidak sabaran....Partai Golkar akan merosot ke urutan lima. Partai Golkar harusnya berseberangan dengan PDIP, jika ingin kuat.
Perlu kamu tahu, Golkar akan kuat jika di dalamnya ada keluarga Soeharto. Bagaimana pun, Golkar itu merupakan hasil pemikiran Soeharto juga. Sekarang keluarga Soeharto sudah berada di luar.
Golkar itu sama seperti PDIP. PDIP akan selalu kuat jika di dalamnya ada anakku, dan cucu-cukuku.
Golkar sekarang sudah menyalahi garisnya; bergabung dengan PDIP. Itu keliru. PDIP dan Golkar skenarionya harus berada dalam kubu berbeda.Â
Karena ingin ada di pemerintahan, malah masuk ke gerbong PDIP. Ya, memang Golkar ada di pemerintahan, tapi tidak berkuasa. Nanti, suaranya, malah akan tergerus.