Mohon tunggu...
Muhamad Adib
Muhamad Adib Mohon Tunggu... Buruh - Wong Alas

Jadikan masyarakat desa hutan,nafas Pembangunan Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Maju bersama PLN

25 Maret 2020   01:53 Diperbarui: 25 Maret 2020   01:57 180
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Selain untuk pelatihan, dana CSR PLN di gunakan untuk membuat kandang dan membeli bibit lalat tentara hitam berupa Pupa. Di area Kandang Lalat Tentara Hitam selanjutnya  kita sebut sebagai Pusat pelatihan kewirausahaan lalat tentara hitam (BSF Sosiopreneur Learning Centre) dan di jadikan sebagai tempat pelatihan bagi masyarakat yang membutuhkan pengetahuan tentang ternak lalat tentara hitam. 

Alhamdulillah, BSF Sosiopreneur Learning Centre ini di resmikan oleh Mas Ganjar Pranowo Gubernur Jawa Tengah pada tanggal 17 Januari 2019.

Dokpri
Dokpri
Dalam perjalanannya, Pusat Pelatihan Kewirausahaan Lalat Tentara Hitam ternyata menarik perhatian banyak orang.  Dari bulan Januari hingga September 2019, sudah ada ratusan orang dari wilayah Banyumas juga dari berbagai daerah di Jawa datang dan belajar tentang budidaya lalat tentara hitam. 

Sebagian diantaranya sudah beternak lalat tentara hitam dan membentuk kelompok. Salah satu kelompok bahkan membranding kampungnya dengan nama "Kampung Laler" di kampong Larangan Desa Sokawera Kecamatan Cilongok Kabupaten Banyumas. Bahkan orang nomor satu di Kabupaten yakni Bupati Banyumas juga turut belajar dan sudah mengembangkan budidaya lalat tentara hitam di belakang rumah dinas Bupati.

Pada tanggal 1 September 2019, Bapak Bupati beserta Ibu secara khusus berkunjung ke Kampung Laler untuk berdiskusi tentang bagaimana menjadikan budidaya lalat tentara hitam tidak hanya sebagai solusi untuk mengatasi masalah sampah organic tetapi juga sebagai sarana untuk memberdayakan dan mensejahterakan masyarakat melalui berbagai kegiatan usaha pengembangan dari budidaya lalat.

Ada beberapa poin penting dari  hasil diskusi pembudidaya lalat dengan Bupati Banyumas yaitu :

Hampir di semua kelompok pembudidaya lalat ternyata kekurangan sampah organic untuk pakan maggot, sementara di tempat lain banyak sampah organic yang tak tertangani

Harus ada sinergi antara wilayah penghasil sampah organic (umumnya di perkotaan) dengan kelompok-kelompok masyarakat pembudidaya lalat. Salah satu upayanya dengan mengolah sampah organic menjadi bubur sampah di Tempat pengelolaan Sampah terpadu (TPST) untuk kemudian bubur sampah di kirim ke kelompok-kelompok pembudidaya Lalat.

Perlu di buat contoh (demplot) tentang budidaya lalat yang terintegrasi dengan usaha bidang peternakan dan perikanan sebagai pembuktian dan sekaligus  tempat pembelajaran bagi masyarakat

Diversifikasi pasca panen Maggot untuk menjaga kualitas dan memenuhi kebutuhan pasar seperti pellet maggot untuk pakan ikan, voor maggot untuk pakan ayam, maggot beku untuk pakan ikan hias dan maggot kering untuk pakan burung.

Perlu di bangun wadah semacam perkumpulan/Asosiasi sebagai penguatan  jejaring  usaha pembudidaya lalat khususnya di Kabupaten Banyumas

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun