"Kalau tidak panen. Masih bisa berjualan ternak. Semoga saja, hujan segera turun. Sudah berminggu-minggu kami menanti. Gagal panen di depan mata." cerita petani tua itu. Perlahan namun pasti, ia meneteskan air mata. Dalam mata petani, ada harapan anak istri.
"Anak saya mau kuliah juga. Tapi, kalau gagal panen bagaimana bisa membayar uang kuliah. Pasti, itu tidak sedikit biayanya."Â
Hanya senyuman yang bisa Jarwo lalukan. Rasanya, ia ingin berempati bersama. Tapi, ada saja perasaan mengganjal. Perasaan yang tak pernah dia kira akan menetap.
Tepat seminggu sebelum ke sawah, Jarwo membeli bakso di tepi jalan. Kebetulan, penjual bakso itu dahulu adalah petani di samping desa. Tanahnya dijual semua. Sekarang, tanah yang dulu sawah sudah menjadi perumahan.
"Gagal panen itu kutukan !"Â
"Karena tidak mau menerima perubahan. Bertani juga harus tahu keadaan, memang nasi bisa dicetak ? Ia harus ditanam. Bahkan, ada air mata !" kata penjual Bakso. Jarwo tertegun. Tak pernah ia mengira, gagal panen itu kutukan. Kutukan pembangunan.
Godean, 06 Februari 2023