Tempe dan Cerita : Memaknai Hidup Bersama dengan Cerita Usaha
Yudha Adi Putra
Pemelihara Burung Prenjak
Tempe Mbah Sutini merupakan usaha rumah tangga yang dikelola oleh keluarga Ibu Aris dengan semboyan "Tempe Anget Marai Kemringet", dalam bahasa Indonesia "Tempe Hangat Membuat Berkeringat".
Sejak tahun 1960 Tempe Mbah Sutini menjadi makanan yang menemani penjual sayur dan angkringan. Dalam usaha tempe tersebut, terjalin berbagai informasi dan cerita yang mewarnai.Â
Saat ini, Tempe Mbah Sutini hadir dengan pemesanan lewat media sosial serta berhasil memberdayakan masyarakat Dusun Sembuh Kidul. Pemberdayaan itu berdasarkan cerita mengenai usaha tempe, ada ketertarikan masyarakat untuk berusaha mengembangkan bisnis tempe.
Ada tiga jenis tempe yang dibuat oleh Tempe Mbah Sutini, yaitu Tempe Kedelai, Tempe Koro, dan Tempe Benguk. Tempe Kedelai menjadi tempe dengan minat tertinggi, rasanya gurih dan dibungkus daun pisang menjadikan Tempe Mbah Sutini khas dengan nuasa tradisional.Â
Cerita mengenai Tempe Mbah Sutini terjadi di angkringan, dimana orang semakin mengenal tempe khas buatan Ibu Aris. Tempe Mbah Sutini menjadi buah bibir dan menginspirasi generasi muda untuk mau mengembangkan usaha.Â
Dalam usaha rumah tangga, kreasi dan inovasi dapat lebih sesuai kebutuhan pasar. Selain itu, kemudahan dalam akses juga memunculkan personal branding usaha rumah tangga.
"Tempe Mbah Sutini itu khas, bungkusnya masih pakai daun. Sekarang banyak yang sudah tidak mau buat tempe pakai bungkus daun, kebanyakan pakai plastik. Selain gurih, pemakaian daun pisang untuk bungkus tempe juga membawa semangat melestarikan lingkungan. Menariknya, pekerja pembuat tempe juga semua perempuan. Ini menjadi kesan khas sekaligus kritik," Heri Purnomo, Sedayu, Bantul.
Cerita kekhasan Tempe Mbah Sutini juga memberikan inspirasi bagi usaha rumah tangga yang lain, misalnya pengusaha tahu dan angkringan. Tempe memang menjadi makanan sehari-hari masyarakat desa.Â
Selain harganya murah, ada banyak kandungan gizi dari protein kedelai. Tempe Mbah Sutini juga memperhatikan hal itu. Sehingga dalam pengolahannya ada standar kebersihan dengan prioritas utama.Â
Fokus pengembangan usaha tempe tidak hanya pada keuntungan saja. Ada perhatian pada kelestarian lingkungan hidup dan kesehatan masyarakat yang mengkonsumsinya.Â
Prioritas itu akan menjadikan cerita mengenai tempe membawa manfaat. Sehingga melalui cerita antar penikmat tempe, ada peluang usaha semakin dikenali. Kesempatan untuk membantu warga tentu akan semakin luas.
Manfaat pengembangan usaha tempe dapat dirasakan masyarakat sekitar. Ada petani yang bisa memanfaatkan limbah kulit kedelai sebagai pupuk, bahkan air cucian kedelai juga dapat menjadi campuran minum ternak.Â
Ternak sapi akan mendapatkan banyak gizi ketika minum dari cucian kedelai. Sehingga pengusaha tempe tidak perlu repot memikirkan limbahnya dibuang kemana.Â
Relasi dan interaksi dengan masyarakat sekitar usaha Tempe Mbah Sutini membantu untuk memperjuangkan usahanya, padahal dalam relasi itu yang terjadi adalah saling menguntungkan. Ada warga membantu warga.
Tempe Mbah Sutini dapat bertahan dalam perkembangan selama puluhan tahun salah satu alasannya adalah cerita. Cerita membawa manfaat dan menimbulkan kepercayaan. Kepercayaan juga dapat dirawat melalui cerita.Â
Dalam cerita, terdapat kritik, saran, dan harapan dalam pengembangan usaha tempe. Sehingga terjadi relasi dan interaksi yang saling menguntungkan dengan merawat cerita.Â
Karena itulah, cerita merupakan pengalaman dengan daya ubah. Tempe Mbah Sutini dapat menjadi pembelajaran juga karena ada cerita. Sehingga dalam perjuangan warga membantu warga, cerita turut memiliki peran penting.