Rasa ingin mengetahui lebih lagi atau rasa kurang puas terhadap segala macam hal yang berbuhungan dengan sesuatu obyek disebut sebagai penasaran. Tetapi ada kata atau istilah yang lain untuk menggambarkan keinginan yang berlebihan ini yakni dikenal dengan istilah "Kepo", dimana, kata ini tenar sejak tahun 2012.Â
Meski kata "kepo" galib dianggap berkonotasi negatif, tetapi pemilihan kata "kepo" di sini sebagai kata yang berkonotasi positif, atau pengganti kata "penasaran". Kata "Kepo" sendiri diambil dari singkatan bahasa inggris, yakni Knowing Every Particular Object (KEPO). Kalau diterjemahkan secara bebas, bisa berarti: ingin mengetahui segala hal tentang sesuatu/seseorang.
Mengapa terlalu (berlebihan) mencari segala sesuatu tentang orang lain? Pertanyaan ini setidaknya mampu memberikan gambaran sebab-sebab seseorang masuk dalam zona kepo. Penyebabnya adalah karena ketertarikan terhadap seseorang. Ketertarikan ini yang menimbulkan keingintahuan segala yang berhubugan tentang orang itu.
Supaya yang dicari itu terjawab atau ditemukan, maka seseorang yang kepo harus melakukan pendekatan. Mencari tahu tentang seseorang, bisa dengan menanyakan kepada kerabatnya, saudara kandung, atau tetangganya.
Setelah seseorang yang kepo memperoleh banyak informasi, maka sampailah pada memutuskan apakah yang selama ini dicari sudah ditemukan atau sudah terjawab. Maka dalam dunia para pencari jodoh, tahap akhir ini dinamai sebagai "menembak". "... aku suka sama kamu, mau kah kamu jadi pacar aku?". Jika ditolak, "... maaf, aku belum ada rasa suka sama kamu, aku belum bisa menganggap kamu sebagai pacar ...".
"Aku pilih kamu!" adalah pernyataan keputusan dari seseorang yang telah kepo terhadap orang lain. Mustahil ada pemilih yang bertutur "Aku pilih kamu!" kalau tidak pernah kepo terhadap apa yang dia pilih. Sebab, kepo itu adalah proses yang harus dilewati pemilih cerdas dan sadar sebelum dia memutuskan untuk menentukan pilihannya.
Kepo Sebelum Memilih itu Baik
Semoga dalam pesta demokrasi 17 April 2019 nanti setiap warga pemilih sudah menentukan pilihannya dengan tidak dalam paksaan sedikit pun. Sebanyak 180-an juta pemilih dari sabang sampai merauke akan memilih seorang presiden dan wakil presiden, 575 anggota DPR RI, 2.207 anggota DPRD Provinsi, 17.610 anggota DPRD Kabupaten/Kota, serta 132 anggota DPD menjadi wakilnya dalam mewujudkan cita-cita bersama. Semua warga pemilih bebas memilih siapa saja yang dia inginkan.
Bahkan ada yang memilih untuk tidak memilih atau disebut golongan putih. Pilihan menjadi golongan putih adalah hak bagi setiap orang yang hidup dalam Negara demokrasi. Namun, satu pertanyaan yang perlu dijawab oleh mereka yang golput, "sudah kepo kah kita terhadap para calon pemimpin kita?".Â
Sebelum kepo, sebaiknya jangan bersikeras untuk golput dalam pesta demokrasi kali ini. Sebab, golput bisa dikategorikan sebagai pemilih yang apatis dan skeptis, dan ini sangat tidak baik bagi demokrasi.
Rasa penasaran (kepo) terhadap calon pemimpin yang akan dipilih ditandai dengan: seberapa sering dia menonton debat, seberapa sering dia berdiskusi atau bertukar pikiran dengan sesamanya tentang sosok seorang pemimpin itu, serta seberapa banyak referensinya tentang sosok pemimpin tersebut.