Budaya Indonesia sungguh sangatlah beragam dan begitu khas, sudah sepatutnya untuk selalu kita jaga. Setiap daerah tentunya memiliki suatu ciri khas yang menjadi pembeda antara daerah satu dengan yang lainnya. Warisan para leluhur kita masih terjaga hingga saat ini karena penuh akan makna atau filosofi dalam menjalankan aktifitas, hubungan dengan sesama, lingkungan serta kepada sang Pencipta. Segala tradisi menjadi suatu hal yang erat akan nilai simbolis yang mendalam dan menjadi dasar untuk  melakukan kegiatan sehari-hari masyarakat.Â
Manggarai merupakan salah satu wilayah di Nusa Tenggara Timur yang memiliki begitu banyak keragaman budaya baik dari tradisi, seni, adat istiadat, pakaian, serta kuliner khasnya. Dalam berbagai upacara-upacara adat sangat penting untuk mengenakan atribut atau pakaian adat, serta mengkomsumsi makanan khas sebagai salah satu bentuk pengahargaan kepada para leluhur dan untuk terus mempertahankan dan melestarikan budaya yang sudah diturunkan secara temurun oleh nenek moyang.
Salah satu atribut atau pakaian adat dari orang Manggarai yaitu kain tenun songke yang menandakan ciri khas orang Manggarai. Kain songke merupakan salah satu aset budaya turun temurun yang masih ada dan tetap dipertahankan oleh orang Manggarai hingga hari ini. Penjualan serta permintaan atas kain tenun terus meningkat dan pangsa pasarnya juga semakin meluas bahkan hingga ke mancanegara. Perkembangan era digital yang pesat tentu memberikan dampak pada pemasaran kain tenun ini. Kini, sistem promosi dapat dilakukan secara online yang sangat mempermudah para produsen untuk memperkenalkan atau menawarkan produknya kepada calon pembeli.
Kain songke merupakan hasil kerajinan tangan (tenun)  yang dibuat bukan hanya untuk memenuhi kebutuhan adat istiadat, serta permintaan terkait bahan baku fashion semata. Perlu diketahui bahwa kain songke memiliki arti atau makna simbolis yang mendalam bagi masyarakat Manggarai. Pada umumnya kain songke cendrung berwarna dasar hitam. Bagi masyarakat Manggarai, warna hitam merupakan satu warna yang melambangkan sebuah kebesaran, keagungan, juga kepasrahan yang merujuk pada kepercayaan bahwa pada akhirnya setiap manusia yang hidup dibumi ini akan tetap kembali kepada Sang empuhnya kehidupan atau sang Pencipta.
Selain itu, kain songke juga memiliki beberapa motif dan  setiap motifnya memiliki arti tersendiri. Salah satu motif yang paling umum adalah motif bintang atau dalam bahasa Manggarai disebut "ntala". Motif ini mengandung makna yang berkaitan erat dengan salah satu filosofi masyarakat Manggarai yaitu "langkas haeng ntala, uwa haeng wulang" (berkembanglah tinggi mencapai  bintang  dan bertumbulah hingga  mencapai  bulan) pribahasa ini memiliki makna bahwa besarnya harapan  orang  Manggarai  akan  hidup  yang  lebih  baik, apapun, siapun dan di manapun  orang  itu berada.Â
Seiring berkembangnya teknologi, peradaban modern, kemajuan sebagian besar aspek kehidupan,serta masyarakat yang semakin kreatif berpengaruh terhadap perkembangan kain tenun songke. Perkembangan era ini tentunya memberikan beberapa dampak positif diantaranya yaitu kain songke kini dapat dikreasikan dengan berbagai macam warna menarik lain tidak hanya warna dasar hitam saja. Kain songke juga dapat dimodifikasi menjadi berbagai macam bentuk pakaian sesuai dengan model yang diinginkan dan dapat mengikuti trend pasar yang ada saat ini.Â
Peran para pemasar dalam memodifikasi dan menciptakan kreasi-kreasi baru produk kain tenun songke diharapkan dapat membangun perekonomian serta menjadi sebuah kebanggan bagi masyarakat Manggarai ketika kain songke dapat dikenal luas, baik di tingkat nasional maupun kancah internasional. Kain songke tentu dapat terus menjadi ikon budaya Manggarai dan tetap ada tidak hilang tergerus arus globalisasi asalkan kita semua bisa bertanggung jawab untuk menjanganya.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI