Dampak dari blokade yang diberlakukan oleh Israel terhadap Gaza, Palestina semakin memprihatinkan. Salah satu dampak blokade ini adalah lumpuhnya sebagian rumah sakit Indonesia. Kelumpuhan ini terjadi akibat kurangnya bahan bakar untuk menjaga listrik tetap mengalir. Kendala dalam memperoleh pasokan bahan bakar di Jalur Gaza telah menghambat proses medis secara signifikan. Sebelumnya sudah terdapat peringatan jika generator hanya dapat memberikan aliran listrik beberapa jam kedepan sebelum akhirnya benar - benar mati total.Â
Laporan dari Al Jazeera mencatat bahwa di Gaza utara, hanya Rumah Sakit Indonesia yang masih menjalankan operasinya. Terutama setelah Israel dua kali menyerang kamp pengungsi Jabalia dalam waktu 24 jam terakhir. Kekurangan pasokan medis dan bahan bakar telah memaksa rumah sakit ini bekerja hingga 50 kali lipat kapasitasnya, menghadapi banyaknya korban luka.
Rumah sakit saat ini hanya dapat beroperasi secara terbatas dalam beberapa hari mendatang dengan bergantung pada generator cadangan. Jika generator cadangan berhenti berfungsi atau mati, maka rumah sakit akan benar-benar tidak dapat beroperasi. Generator cadangan menjadi penopang utama rumah sakit Indonesia, yang menyebabkan terpaksa berhentinya operasional sistem oksigen rumah sakit, serta AC dan ventilasi yang mendukungnya karena keterbatasan ini.Â
Dikutip dari MER-C Indonesia, menurut Dr. Athef Kahloet, Direktur RS Indonesia Gaza, mengharapkan Pemerintah Indonesia dapat berperan dalam meminta negara-negara Eropa dan Amerika untuk menghentikan konflik dan memastikan keamanan terhadap bantuan dan bahan bakar yang masuk ke Jalur Gaza. Mereka juga memohon agar Pemerintah Indonesia berkoordinasi dengan Mesir, Jordan, dan negara-negara yang berbatasan dengan Palestina, untuk memudahkan distribusi bantuan kesehatan, tim medis, obat-obatan, dan lainnya ke Jalur Gaza. Saat ini, Gaza sangat membutuhkan segala hal, membutuhkan oksigen, membutuhkan air, membutuhkan listrik, Gaza saat ini sudah hancur lebur.Â
Israel menolak mengizinkan pengiriman bahan bakar sebagai bantuan dengan alasan bahwa mereka menduga bahan bakar tersebut dapat digunakan oleh pejuang Hamas untuk kepentingan operasi militer. Israel juga menuduh pejuang Hamas memiliki jaringan terowongan di bawah rumah sakit. Namun, dugaan tersebut tidak pernah terbukti dan akibat dari blokade ini semakin membunuh para pasien di rumah sakit tersebut secara perlahan. Kekurangan obat-obatan juga menyebabkan para tenaga medis terpaksa melakukan penanganan tanpa obat pereda nyeri.
