Mohon tunggu...
Catur Indrawan
Catur Indrawan Mohon Tunggu... Freelancer -

Kekasihnya Senja.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Sebatas Mimpi (?)

29 September 2011   01:27 Diperbarui: 26 Juni 2015   01:31 199
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Saat kelas 1 SMA aku bukan siapa-siapa, hanya siswa yang 'kuper' dan agak 'nerd', yang ada dalam aktivitasku sehari-hari hanya belajar, bila jam
istirahat tiba aku jarang sekali ke kantin. Aku lebih senang mengunjungi perpustakaan, di sana aku menemukan kesenanganku, bermain bersama teman temanku. Yah, teman-temanku saat itu adalah buku-buku di rak-rak perpustakaan. Maka tak heran saat di kelas 1 itu aku selalu 3 besar. Perubahan terjadi padaku ketika aku mulai merasakan atmosfir kelas 2, dengan orang-orang baru di dalamnya. Ada beberapa dari mereka
yang menjadi sahabatku dan menjadi musuhku, mungkin sampai sekarang ia masih menganggapku musuhnya. Aku tak pernah bermimpi jadi apapun di kelas itu, bagiku yang utama adalah belajar. Tetapi aku malah ditunjuk sebagai mentor fisika, jadi aku harus meluruhkan sifat
individualistis ku. Aku harus memberi penjelasan pada
mereka yang belum memahami suatu rumus atau materi pembelajaran. Namun dari posisi aku itulah aku dengan mudah masuk IPA di kelas 3 nanti. Apa yang spesial di kelas 2 itu, selain mempermalukan diri sendiri. Aku membenci apa yang namanya jatuh cinta, suatu perasaan aneh yang dengan mudah dapat
menghancurkan tiba-tiba. Dan apa jadi seorang yang 'nerd' bila jatuh cinta? Tak dapat membahasakan,
mentafsirkan isyarat,
PENOLAKAN YANG
MENYAKITKAN. Yah, saat itu aku menemukan kata ajaib yang dapat menyembuhkan luka, yang sampai sekarang
aku pakai. CINTA itu ADALAH KESADARAN. Sadar siapa kita, apa yang kita punya, pantas atau tidak.

IPA 2, amazing of class. Hal yang aku impikan dari kelas 1, dan kini kaki menjejakan lantainya. Ada hal menarik di kelas ini, selain kedekatanku pada seseorang. Hal menarik itu ada hubungannya dengan
aku sekarang. Biasa anak ipa, setelah istirahat selalu nongkrong di depan
kelas. Ada hal menarik yang tak lepas dari pengamatanku, keriuhan anak ipb. Seolah mereka itu tak punya beban kelulusan. Ada beberapa sosok cantik di IPB, yah penghuni ipb memang banyak yang cantik. Tapi pandanganku pada wanita bertampang jutek, mengalihkanku dari sosok cantik lainnya. Seingatku aku bertanya pada japra temanku, tentang siapa wanita itu. Hmmm... Cewek populer, anak osis, saat itu aku berfikir dia cewek dangkal yang berpikiran hedonis seperti kebanyakan cewek populer. Oups lagi, pemikiranku salah. Kita memang harus mengenal seseorang baru bisa menilainya, dan mulai saat itu aku punya pekerjaan baru mencari tahu dan
mengamatinya. Aku rasa dengan begitu aku dapat melupakan beban-beban menjadi anak ipa.

Bila dahulu, aku cuma mengamatinya dari jauh dan bermimpi untuk menyapanya. Kini itu tak lagi jadi mimpi, tak hanya mengamatinya lagi tapi memberi perhatian. Tak hanya menyapa tapi berbincang tentang masa depan.

Bermimpilah, dan jangan pernah takut. Mimpi adalah isyarat bahwa kita masih punya harapan.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun