Upaya ini dinilai relevan dengan misi besar penyelamatan bumi dari krisis sampah. Berdasarkan data Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), Indonesia menghasilkan lebih dari 60 juta ton sampah per tahun, dengan mayoritas berasal dari rumah tangga. Langkah kecil seperti yang dilakukan PCA Colomadu bersama UMS menjadi bukti nyata bahwa perubahan besar bisa dimulai dari lingkup komunitas lokal.
Ika juga mengatakan, kolaborasi antara UMS dan PCA Colomadu menjadi contoh nyata bagaimana perguruan tinggi dapat berperan dalam pemberdayaan masyarakat sekaligus menjaga lingkungan. Dengan sinergi antara kepedulian lingkungan, kreativitas, dan semangat pemberdayaan, sampah tidak lagi dipandang sebagai masalah.
"Sebaliknya, ia bisa menjadi peluang yang membawa manfaat sosial, ekonomi, sekaligus keberlanjutan bagi generasi mendatang," pungkas Ika. Â
Dalam kegiatan tersebut, ibu-ibu PCA Colomadu diajak memahami bahwa sampah bukan lagi barang buangan, melainkan bahan baku yang bisa diolah menjadi produk bermanfaat. Melalui pendampingan, mereka mulai belajar memilah sampah organik dan anorganik, serta mengenal konsep bank sampah yang mampu memberikan nilai ekonomi.
"Awalnya kami belajar memilah sampah, membedakan mana yang organik, mana yang anorganik," ungkap salah satu anggota PCA Colomadu. (Yusuf/Humas)
Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS)
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI