Jember -- Dari potensi kelapa yang melimpah di Desa Banjarsengon, Kecamatan Patrang, Kabupaten Jember, tim pengabdian dari Universitas Jember (UNEJ) melakukan aktivitas sosialisasi mengenai pemanfaatan kelapa sebagai bahan baku pembuatan sabun sekaligus pelatihan pengemasan produk. Kegiatan ini melibatkan mahasiswa Teknologi Industri Pertanian (TIP) UNEJ yang terdiri dari empat orang, yaitu Faradinna Indriani, Ayu Kuscahyaningtyas, Iin Ibadillah Muhtarom, dan Randhiagus Prajamukti. Para mahasiswa ini dibimbing langsung oleh Dr. Nita Kuswardhani, S.TP., M.Eng., IPM. selaku ketua tim pengabdian, bersama dosen anggota yaitu Andi Eko Wiyono, S.TP., M.P., Nidya Shara M., S.TP., M.P., dan Ir. Himmatul Khasanah, S.Pt., M.Si.
Tim pengabdian melihat bahwa potensi kelapa di Desa Banjarsengon sangat besar, namun pemanfaatannya selama ini masih terbatas pada konsumsi rumah tangga. Oleh karena itu, kegiatan pengabdian ini dirancang dengan beberapa aktivitas utama yang bertujuan memberikan nilai tambah pada produk olahan kelapa. Salah satu aktivitas yang dilakukan adalah sosialisasi dan pelatihan pengemasan sabun, yang melibatkan mahasiswa serta masyarakat secara langsung. Melalui rangkaian kegiatan tersebut, tim berharap mahasiswa dapat memperoleh pengalaman nyata di lapangan, sementara masyarakat terdorong untuk lebih kreatif dan mandiri dalam mengembangkan usaha berbasis potensi lokal.
Dalam kegiatan tersebut, tim dosen dan mahasiswa memberikan materi tentang pengenalan berbagai jenis kemasan yang sesuai untuk sabun padat, penyusunan label informatif, serta aspek legalitas sederhana yang harus diperhatikan saat memasarkan produk. Tidak hanya berupa teori, peserta yang terdiri dari perangkat desa, ibu-ibu PKK, dan masyarakat umum juga diajak praktik langsung mendesain kemasan sederhana yang aplikatif untuk sabun berbasis kelapa. Tim Pengabdian dari Program Studi Teknologi Industri Pertanian melaksanakan kegiatan sosialisasi dan pelatihan pengemasan sabun berbasis kelapa di Kelurahan Banjarsengon, Kecamatan Patrang, Kabupaten Jember, pada Selasa (24/06/2025). Tujuan utama program ini adalah memberikan wawasan sekaligus keterampilan kepada masyarakat dalam memanfaatkan kelapa sebagai bahan sabun dan mengemasnya agar memiliki nilai jual lebih tinggi.
Ketua Tim Pengabdian, Dr. Nita Kuswardhani, S.TP., M.Eng., menyampaikan bahwa potensi kelapa di Banjarsengon sangat besar, namun pemanfaatannya masih terbatas. "Melalui pelatihan ini, kami ingin masyarakat tidak hanya mampu membuat sabun berbasis kelapa, tetapi juga memahami pentingnya kemasan yang menarik, aman, dan sesuai standar pemasaran," ujarnya.
Materi pelatihan meliputi pengenalan jenis-jenis kemasan yang sesuai untuk sabun padat, penggunaan label informatif, serta aspek legalitas sederhana yang perlu diperhatikan dalam memasarkan produk. Peserta juga diberikan kesempatan untuk praktik langsung membuat desain kemasan sederhana yang dapat diaplikasikan untuk produk sabun berbasis kelapa. Selain itu, peserta juga diberikan pemahaman mengenai pentingnya kemasan dalam meningkatkan daya tarik produk. Dalam materi disampaikan bahwa kemasan tidak hanya berfungsi melindungi isi dari kotoran dan kerusakan, tetapi juga mampu menarik perhatian pembeli, membuat produk terlihat lebih profesional, serta membuka peluang penjualan baik di toko maupun secara online.
Tim pengabdian juga menekankan beberapa kesalahan umum yang sering terjadi dalam pengemasan, seperti penggunaan plastik tipis yang mudah robek, label yang tidak ditempel rapi, hingga kelalaian mencantumkan tanggal kadaluarsa. Peserta diajak untuk menghindari kesalahan tersebut agar produk sabun kelapa yang dihasilkan memiliki kualitas baik, aman digunakan, dan dipercaya konsumen.
Lurah Banjarsengon, Oko Rudi Widodo, S.E., menyambut baik kegiatan ini. Ia menilai program pengabdian tersebut selaras dengan upaya pemerintah desa dalam mendorong wirausaha berbasis potensi lokal. "Kami berharap kegiatan ini dapat menjadi pintu masuk bagi masyarakat untuk lebih kreatif dan mandiri dalam mengembangkan usaha, terutama yang berbasis pada komoditas kelapa," ungkapnya.
Antusiasme peserta terlihat dari banyaknya pertanyaan dan ide kreatif yang muncul selama sesi diskusi. Beberapa peserta bahkan menyampaikan rencana untuk segera mencoba memproduksi sabun kelapa dengan kemasan yang lebih menarik agar bisa dipasarkan di lingkungan sekitar maupun secara online. Dengan adanya pelatihan ini, tim pengabdian berharap masyarakat Banjarsengon tidak hanya mampu memanfaatkan kelapa menjadi sabun, tetapi juga bisa menjadikannya sebagai produk unggulan desa yang memiliki daya saing di pasaran.