Entah kenapa, setiap menjelang bulan puasa pemerintah dan masyarakat selalu direpotkan oleh ketersediaan dan harga bahan pangan. Entah kenapa pula dan seakan sifatnya sudah wajib dan tidak bisa dihindari, setiap memasuki bulan puasa, harga komoditas pangan hampir selalu melonjak. Bahkan harga akan semakin melambung tinggi ketika mendekati Lebaran. Apa yang salah?Â
Teori ekonomi menyebut, jika demand bergerak naik melebihi supply maka harga akan merangkak naik. Lalu, benarkah demand meningkat saat bulan puasa? Atau, stok pangan yang justru berkurang atau  tidak mencukupi sehingga membuat harga naik?
Logika sederhana masyarakat, puasa itu identik dengan  menahan nafsu, terutama nafsu makan, yang tentu akan berkaitan dengan harga pangan. Jika demikian, tentulah demand otomatis berkurang, karena setidaknya konsumsi pangan berkurang. Porsi makan siang, yang merupakan porsi makan terbesar masyarakat kita, setidaknya akan mengurangi konsumsi pangan secara signifikan.Â
Faktanya, harga pangan selalu naik menjelang bulan puasa hingga lebaran, dimana salahnya? Apakah pedagang dan distributor memang secara sengaja menaikkan harga-pangan?
Kita selalu kesulitan menjawabnya, karena memang kita tidak mempunyai data yang memadai untuk menjawabnya. Demikianlah, dari tahun ke tahun, kejadian ini terus berulang.
Ada berapa banyak sebenarnya dari masyarakat kita yang menjalankan puasa?Â
Dari 30 hari bulan puasa, berapa persen masyarakat yang menjalankannya secara penuh? Yang lainnya bagaimana? Bagaimana angka rata-ratanya?
Untuk sahur bagaimana pola konsumsi masyarakat?
Untuk berbuka bagaimana pula?Â
Bagaimana dengan konsumsi masyarakat yang tidak puasa selama bulan Ramadhan?Â
Adakah pengaruh signifikan acara buka bersama ( instansi pemerintah, swasta, komunitas, sosial) Â kepada penambahan konsumsi pangan?