Mohon tunggu...
Pende Lengo
Pende Lengo Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi Psikologi UNG

Gadis Gingsul Gorontalo

Selanjutnya

Tutup

Kurma

Kisah Tarawih Ramadan 2023 | Day 2

23 Maret 2023   22:29 Diperbarui: 24 Maret 2023   22:27 363
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kisah Untuk Ramadan. Sumber ilustrasi: PAXELS

Alhamdulillahirabbil A'lamin... puasa hari pertama bulan Ramadan 1444 H ini telah dilewati dengan lancar, semoga sisanya juga begitu. Aku sangat bersyukur bisa bertemu lagi dengan bulan yang penuh berkah ini. 

21 tahun sudah rasanya bisa menyambut tamu agung tahunan ini. Rasa senang, sedih, bangga, kecewa, sabar, kangen, rindu... semua campur aduk memenuhi ruang emosional dalam pikiran dan perasaan. Hingga menghabiskan waktu dengan berbagai tulisan untuk mengungkapkannya. 

Menghasilkan doa-doa panjang di penghujung malam yang tak kalah kerasnya. Mengharapkan selalu kehidupan terbaik untuk ke depan dan setelahnya. Berkumpul dengan orang orang yang disayangi dekat maupun jauh. Menebalkan tali silaturahmi yang hampir putus digerogoti zaman digital.

Sebelum aku cerita kisah tarawih, aku sedikit bercerita dulu pas sholat zuhur tadi. Baik seperti yang kukatakan di tulisan sebelumnya, momen bertemu di masjid senyum saling sapa berjabat tangan adalah momen teremosional yang kurasa di bulan puasa, apalagi dengan kawan dan tetangga lama. 

Tadi aku ketemu Sri, dia ni kawan lama, dua tahun lebih tua dariku, sekelas dengan kakakku waktu SD. Dari wajahnya sih aku masih ingat kalau ini memang dia, tapi kok rasa rasanya aku lebih tinggi, jadi habis tu berpikir yang tadi benar dia apa bukan ya. Yaudah lah, ehh pas tarawih benar dong itu tadi memang dia soalnya lihat mamanya ada di sampingnya pas sholat. Tapi kok aneh ya... dahlahh lanjut.

Seperti biasa aku sekarang lagi berada di kamar dengan penuh kenangan, berusaha menulis akan kisah yang kelak disimpan dan dibaca lagi. Kisah tarawih.

Baca juga: Rindu Kenangan


Oke tadi aku shalat tarawih yang kedua, jamaah masih lumayan banyak. Berkurang satu shaf (perempuan) saja di belakang yang di bawah. Dan jangan tanya lagi kenapa aku tahu, karena aku dapat shaf di depan dari shafku yang kemarin. Tuh kan terlambat lagi rupanya. Emang dah benar benar parah. Soalnya sebelum berangkat itu masih setoran dulu, jadinya agak telat.

Dan juga kurang lebih seperti kemarin, pas aku datang ngisi shaf, takbir buru ikutin imam, tak lama kemudian si Nafisha datang. Tuh kan emang langganan terlambat kita nih. Ambil tempat lagi di sebelahnya aku sama persis kayak kemarin. Akhirnya pas tahu kita sebelahan lagi langsung tatap tatapan nyengir nyengir. Ampun dah...

Tadi juga si Abay ceramah, bocil dari pesantren. Judul template 'pentingnya sedekah di bulan Ramadan'. Emang udah beda sekali vibesnya. Nih bocil emang udah terkenal seantero perum jadi nggak heran kalau tahun nih dapat jatah juga dia ceramah. Kakak kakaknya juga sebelumnya sudah pernah rasain kayak gitu, ayahnya emang ngotot pengen sekolahin empat putranya itu di pesantren. 

Entahlah sebenarnya apa yang dicari sana itu. Masih heran aja aku yang sebagai lulusan pondok juga. Sudahlah yang penting sekarang aku bisa kenal Tere Liye novelis sejati, hingga akhirnya aku bisa nulis otodidak. 

Habis ni lanjut tadarus lagi.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun