Mohon tunggu...
bahrul ulum
bahrul ulum Mohon Tunggu... Freelancer - Kompasianer Brebes Community (KBC) - Jawa Tengah

Apa yang ditulis akan abadi, apa yang akan dihafal akan terlepas, ilmu adalah buruan, pengikatnya adalah tulisan, ikatlah dengan kuat buruan mu itu. (KBC-01)

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Corona Ya Jaga Jarak, biar Aman, Taatilah

31 Mei 2020   11:58 Diperbarui: 31 Mei 2020   12:03 230
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Jaga Jarak (Dok covid19.go.id)

Kalau hanya kata-kata suruh jaga jarak atau pysical distancing mungkin warga tidak cepat patuh, makanya di beberapa fasilitas kesehatan sebagai fasilitas publik di kasih tanda plester hitam, termasuk beberapa tempat ibadah juga ada yang memberikan tanda, dengan begitu, orang yang datang darimana pun akan tahu, oh ini jangan diduduki, suruh jaga jarak, minimal masyarakat tahu ini ini maskudnya yang dinamakan jaga jarak, kenapa saat menerima bansos atau bantuan sosial malah sebaliknya. 

Ya itulah sebuah proses perubahan perilaku, bahwa tidak secepat membalikkan tangan kepada warga agar cepat sadar dan mau melakukan anjuran yang ada, perlu diberikan contoh dan teladan kepada orang lain, kalau kita sebagai pejabat publik misalnya kemudian malah tidak memberikan contoh apalagi di publish di media televisi atau juga youtube lalu orang lain melihatnya, dan terbukti tidak melakukan jaga jarak, berarti kita telah memberikan edukasi yang salah. 

Jaga jarak aman sekitar 2 meter untuk turunkan risiko penularan. Virus itu dapat berpindah melalui kontak dekat dengan orang lain, coba kalau ada orang bersin di dekat anda, saat sholat saja misalnya ada yang bersin, pastinya dalam hati saudara merasa tidak nyaman, apalagi saat itu mereka yang bersin tidak pakai masker, maka besar kemungkinan virus corona bisa berpindah.

Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BPNPB) Indonesia memberikan petunjuk aman saat keluar rumah, yakni pakai jakat atau baju lengan panjang, tidak perlu memakai aksesori, seperti gelang, cincin dan anting, tetap kenakan masker, usahakan untuk tidak menggunakan transportasi umum, gunakan tisu di jari untuk menyentuh permukaan apapun, terapkan etika batuk atau bersin yang benar, seperti siku bagian dalam untuk menutup mulut, usahakan bertransaksi dengan uang non tunai.

Selain itu senantiasai mencuci tangan, atau gunakan hand sanitizer setelah menyentuh benda dan permukaan apapun, tidak menyentuh wajah sampai tangan benar-benar bersih, dan jaga jarak aman dengan orang lain.

Sebenarnya berdiam d irumah itu lebih baik, saat era pandemi apapun kebijakannya, paling jelas dan terbukti adalah berdiam dirumah menjadi jurus jitu terbaik, new normal hanya sebagai alternatif agar situasi ekonomi warga tidak terpuruk, karena jika kita berdiam dirumah saja nanti akan berdampak pada ekonomi nasional, menjadi lesu dan akhirnya akan muncul krisis ekonomi yang berkepanjangan, dan saat mau memulihkan kembali butuh proses yang tidaklah cepat, untuk menuju normal ekonomi harus ada upaya secara bertahap. 

Jaga jarak memang 2 meter tapi kalau mau lebih itu malah lebih baik, makanya kemudian ketika sekolah di aktifkan kembali, tingkat kepatuhan pada anak terkadang juga tidak bisa di generalisasi, jika memang berpotensi pada masalah terpapar virus corona, maka tetap harus menunggu masa pandemi sudah mulai menurun atau hilang, dan ini akan terlihat ketika grafik dan data laporan dari Nasional untuk angka positif corona semakin menurun dan negara mengambil kebijaka bahwa pandemi sudah berakhir.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun