Bupati Brebes mendapatkan penghargaan dari dompet dhuafa dan PTTEP atas komitmen kuat menurunkan angka stunting di Kabupaten Brebes. Keberhasilan ini milik bersama, karena warganya juga bergerak dan merasa peduli pada masalah pertumbuhan dan perkembangan anak terutama sejak 100 Hari pertama kehidupan.
Betapa pentingnya menekan angka stunting di daerah, karena jika tidak segera di cegah pada 100 HPK dan termasuk memberikan edukasi bagi pasangan usia subur maka angka stunting tidak bisa diturunkan.Â
Menurunkan Angka Stunting
Tidaklah mudah bagi daerah untuk menekan atau menurunkan angka prevelensi stunting, kenapa demikian,karena jika menangani stunting tanpa ada kebijakan yang kuat dari pemimpin daerah kuat baik manajerial, anggaran, regulasi, keterlibatan tokoh agama dan tokoh masyarakat serta kemauan masyarakat yang tinggi untuk memperbaiki asupan gizi keluarga dan anaknya maka prevelensi stunting mengalami stagnan.
Kuatnya komitmen dibuktikan dalam dokumen perencanaan pembangunan daerah, ada dokumen rencana aksi daerah (RAD) Penanggulangan Stunting, ada tim atau pokja terkait stunting, termasuk penganggaran yang kuat dan berkesinambungan.
Holistik dalam implementasi pencegahan dan penanggulangan stunting menjadi entry poin bagi pelaksana pokja, egosectoral antar OPD harus di hindari, jika penanganan yang ada hanya diakui oleh satu Organisasi Pemerintah Daerah misalnya maka yang jelas menurunkan stunting akan susah.Â
Level OPD harus melakukan koordinasi, sinkronisasi dan konsolidasi yang kuat, lewat pertemuan lintas sektoral, sehingga akan jelas pembagian tugas, siapa berbuat apa, mereka harus memasukan isu stunting dan program turunannya dslam dokumen anggaran di OPDnya, jangan sampai dokumen RAD hanya sebagai simbol saja, tapi benar-benar berbasis kinerja.Â
Tim koordinasi dan tim teknis harus kuat, kenapa demikian, karena kuatnya tim ini akan memperceoat gerak dan langka dalam melakukan aksi yang konkrit dan berdampak, bayangkan jika tim yang di tetapkan oleh Bupati atau Walikota kemudian tidak ada harmonisasi maka yang terjadi dalam melangkah akan sendiri-sendiri, pendokumentasian program menjadi tidak maksimal.Â
Tim Teknis dari medis pun harus di latih dengan baik seperti pelatihan PMBA bagi tenaga kesehatan, PMBA Bagi Kader Posyandu, ada Kelas Ibu Hamil, Kelas Ibu Menyusui atau dikenal dengan Kelas Ibu, disana ada transfer ilmu pengetahuan untuk perubahan perilaku bagi para pegiat kesehatan tentunya.Â
Kegiatan ini akan berdampak, jika mereka yang mendapatkan pelatihan kemudian mau melakukan upaya penyadaran di desa secara masif, sistematis dan berkelanjutan, banyak terjadi fenomena mereka yang dilatih kemudian berhenti karena faktor dana dan sibuknya para tenaga medis dan juga kader posyandu yang sudah dilatih, akhirnya harapan untuk menurunkan stunting jadi pupus, dampaknya perubahan perilaku menjadi tidak terkomunikasikan dengan baik.
Aspek kepatuhan lain di masyarakay adalah peran tokoh agama di dalam melakukan perubahan perilaku, tokoh agama dalam hal ini kyai sepuh atau kyai muda harus mendapatkan pelatihan tentang pencegahan stunting, bayangkan jika para kyai menganggap bahwa stunting pada balita tidak penting, mereka lebih baik memberikan dakwah halal dan haram saja, atau dakwah masuk surga dan neraka, tapi tidak pernah dakwah tentang apa itu stunting, bagaimana seharusnya seorang ibu dalam merawat anaknya agar tumbuh kembangnya sehat, pintar dan berakhlaqul karimah, maka yang terjadi situasi di masyarakatpun tidak mengalami perbaikan yang signifikan.