Mohon tunggu...
bahrul ulum
bahrul ulum Mohon Tunggu... Freelancer - Kompasianer Brebes Community (KBC) - Jawa Tengah

Apa yang ditulis akan abadi, apa yang akan dihafal akan terlepas, ilmu adalah buruan, pengikatnya adalah tulisan, ikatlah dengan kuat buruan mu itu. (KBC-01)

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Pilihan

Perubahan Sikap Setelah Berselancar di Medsos

30 Desember 2017   20:54 Diperbarui: 31 Desember 2017   00:25 1413
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tren jaman sekarang / Foto : merdeka.com

Anda akan merasa heran jika dalam satu meja  antara Ayah dan Anak bisa rebutan handphone androidnya, Ayahnya ingin berselancar di media sosial, Anaknya ingin bermain game online yang sudah diinstall di handphone Ayahnya. Ayahnya tidak mau membelikan handphone buat anaknya, dikarenakan masih kecil, bila dibelikan nanti akan berpengaruh pada sikap dan karakter anak itu sendiri. 

Walhasil tiap hari anaknya merengek-rengek minta agar saat Ayahnya pulang langsung handphonenya diambil, jika Ayahnya tidak boleh, maka anaknya lebih baik menangis hingga beberapa menit sampai hati kedua orangtuanya luluh dan menyerahkan handphone tersebut kepada anaknya. 

Bila anak ini sudah paham dengan akses internet dan paham cara menjalankan software youtobe atau game online, maka siap-siap saja, orangtua harus memilih sikap, anaknya dibiarkan bermain game tersebut, atau ada jeda saatnya belajar dan saatnya bermain handphone Ayahnya. 

Coba bayangkan jika orangtuanya mempunyai anak empat dan semuanya haus dengan informasi apalagi lihat tetangganya ada yang bermain game secara bebas di handphone Ayahnya, dipastikan anak tersebut akan bertanya dengan kedua orangtuaya, " Ayah kenapa teman saya, kok banyak game permainan di hape nya, kok di handphone Ayah tidak ada game," ungkap anaknya kepada Ayahnya. 

Kontan saja Ayahnya harus kasih alasan yang tepat agar anaknya tidak tersinggung, " Nak, Handphone Ayah itu untuk kerja, jadi khawatir ditaruh game online, dikira nanti saat kerja Ayah, dianggap teman cuma main game ajah," tutur Ayah kepada Anaknya. 

Era digital sekarang, benar-benar orangtua harus ekstra pengawasan terhadap anaknya, tuntutan anak semakin tinggi, mereka meminta bahkan berani merengek-rengek demi mendapatkan handphone baru. Bila dibelikan yang baru dengan memory atau kapasitas kecil pun suatu saat akan ujicoba atau melihat handpone kedua orangtuanya, dan saat handphone orangtuanya lebih bagus maka anak akan meminta kepada orangtua untuk ditukar handphonenya. 

Tren sekarang anak memang ingin perubahan yang cepat melalui akses informasi teknologi, semakin lama mrreka bahkan akan browsing sendiri karena baginya mestinya sangat penasaran, semakim banyak mereka browsing dengan browsing materi yang positif maka menjadikan anak ini semakin kreatif dan mudah memahami informasi atas perkembangan dunia secara cepat.  

Semua berita yang ada  di dalam internet ditelan mentah-mentah, bayangkan saja bagaimana jika pendidikan kedua orangtuanya itu lulusan SD atau tidak tamat, maka anak juga akan bertanya kepada teman sekolahnya, saat teman yang diajak diskusi itu memberikan jawaban dengan negatif melalui link porno, maka apa yang terjadi dalam beberapa hari kemudian, bahaya mengancam anak ini. 

Satu sisi anak ini dalam kondisi pubersitas awal, sedangkan dimasa-masa ini kecenderungan anak akan cepat meniru dan juga mengaplikasikan apa yang dilihat, di sinilah peran orangtua untuk mau belajat dan mengamati setiap perkembangan anaknya sendiri, pembekalan karakter secara dini dan pembekalan agama menjadi modal kuat bagi anaknya agar tidak terjerumus ke pergaulan yang tidak pantas dilakukan seorang anak diusianya. 

Semakin canggihnya teknologi, anak biasanya enggan beraktivitas sosial bahkan kepekaan sosial menjadi rendah, mereka merasa sudah cukup berkomunikasi via handphone saja untuk minta informasi, bahkan untuk mengucapkan minta maaf pun harusnya datang ke temannya karena harus bersalaman, sekarang cukup lewat medsos mereka lakukan. 

Anak yang dididik di pondok pesantren dengan kebijakan tidak boleh bawa handphone sama yang dibebaskan bawa hamdphone dipastikan hasilnya berbeda. Mestinya selama pendidikan di sekolah dan pondok pesantren ada larangan menggunakan handphone, orangtua yang ingin berkomunikasi bisa lewat wali kelasnya atau pengurus pondoknya, atau bisa telpon langsung ke pihak pengasuh atau pengelola ponpesnya atas perkembangan anaknya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun