Mohon tunggu...
Pena Kusuma
Pena Kusuma Mohon Tunggu... Mahasiswa Fakultas Hukum

Saya adalah content writer yang berfokus pada penulisan seputar Sains, Teknologi, Engineering, dan Matematika (STEM), serta update terkini mengenai dunia militer dan geopolitik. Mohon doanya juga, insyaallah saya bisa lolos sekali tes dalam seleksi PAPK TNI tahun 2027.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Indonesia Tertarik Mengakuisisi Bom Berpemandu GPS Korea (KGGB) untuk Memperkuat TNI AU, Ini Kemampuannya

9 Oktober 2025   16:01 Diperbarui: 16 Oktober 2025   06:31 22
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jakarta, Indonesia, 16 Oktober 2025 — Indonesia sedang mengevaluasi integrasi kit pemandu asal Korea Selatan, KGGB (Korean GPS-Guided Bomb), untuk meningkatkan kemampuan serang presisi TNI Angkatan Udara. KGGB mengubah bom Mk-82/83/84 menjadi munisi jelajah presisi dengan jangkauan puluhan kilometer, memungkinkan pesawat menyerang dari luar zona pertahanan musuh dan menurunkan risiko bagi awak pesawat.

Secara teknis, KGGB mengandalkan penerima GPS ganda anti-pemalsuan, sistem navigasi inersial yang tetap andal saat sinyal terganggu, sayap ringan dari serat karbon, dan autopilot yang membuat bom dapat bermanuver hingga 3 g. Hasil uji terbang menunjukkan akurasi sangat baik (CEP rata-rata sekitar 1–2 meter) dan kemampuan menukar sasaran lewat data-link selama penerbangan, sementara versi dengan pencari infra-merah (IIR) menurunkan CEP di bawah 1 meter untuk serangan akhir yang lebih presisi.

Dari sisi operasional, KGGB menawarkan jalan cepat dan biaya relatif rendah untuk menambah kemampuan taktis TNI AU. Untuk platform F-16C/D Block 52ID, integrasi dinilai hampir plug-and-play dengan pembaruan perangkat lunak; F-16 A/B Block 15 memerlukan upgrade perangkat keras, sedangkan beberapa pesawat latih atau ringan membutuhkan penyesuaian lebih besar. Harga satu kit diperkirakan sekitar seratus ribu dolar AS per amunisi termasuk sayap dan panduan, jauh lebih murah dibanding solusi sekelas JDAM-ER, dan biaya integrasi per pesawat diperkirakan berada di kisaran satu juta dolar AS.

Peluang industri nasional muncul bila kesepakatan memasukkan klausul transfer teknologi; pabrikan Korea LIG Nex1 menawarkan skema kerja sama yang memungkinkan perakitan komponen di PT Dirgantara Indonesia, membuka potensi lapangan kerja dan kemandirian suku cadang jangka menengah. Secara taktis, kemampuan serang jarak jauh yang presisi dapat memberi daya ungkit di wilayah seperti Natuna, mengurangi kebutuhan pengiriman kapal dan memperbesar efek deterensi.

Namun, ada risiko yang tak boleh diabaikan. Ketergantungan pada komponen semikonduktor dan subsistem dari negara pihak ketiga dapat menimbulkan kerentanan pasokan bila terjadi pembatasan ekspor. KGGB juga bukan solusi untuk menembus target bawah tanah yang sangat keras; untuk itu diperlukan jenis munisi lain. Integrasi membutuhkan biaya upgrade, sertifikasi keselamatan, dan pelatihan taktis serta prosedur baru agar potensi senjata ini benar-benar efektif dalam operasi nyata.

Secara strategis, adopsi KGGB akan mengubah dinamika pertahanan kawasan—mendorong negara tetangga memperkuat pertahanan udaranya dan membuka ruang diplomasi militer baru. Jika Pemerintah menekankan klausul transfer teknologi dan rencana integrasi yang jelas, KGGB bisa menjadi langkah pragmatis meningkatkan kapabilitas serang jarak jauh Indonesia dalam 5–7 tahun ke depan, sambil meminimalkan risiko ketergantungan melalui diversifikasi pemasok dan pengembangan industri lokal.

Ikuti terus laporan perkembangan negosiasi, uji integrasi, dan keputusan politik terkait KGGB di kanal ini — kabar berikutnya akan saya laporkan segera setelah ada perkembangan nyata.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun