Seluruh informasi dalam artikel ini bersumber dari referensi yang telah diverifikasi, yaitu Janes (tentang penyelesaian program Falcon STAR dan eMLU oleh Indonesia), akun X terkait pembaruan TS-1608, serta Wikipedia untuk penjelasan mengenai radar AN/APG-83 dan pesawat F-16 Fighting Falcon, ditambah ZonaJakarta yang mengulas eMLU pada TS-1603; semua sumber ini digunakan untuk memastikan keakuratan dan kelengkapan penjelasan secara kritis dan dapat dipercaya.
Program upgrade Falcon STAR-eMLU pada pesawat F-16BM TNI-AU melibatkan dua unit, TS-1603 dan TS-1608; TS-1603 telah selesai di-upgrade pada 16 Januari 2025, sementara TS-1608 masih dalam proses per 28 Oktober 2024. Upgrade ini mencakup peningkatan penting seperti radar AESA AN/APG-83 SABR, mesin F100-PW-229EEP, integrasi persenjataan modern GBU-39/B dan AIM-120D, serta sistem komunikasi taktis Link-16. Seluruh program merupakan bagian dari agenda modernisasi alat utama sistem senjata (alutsista) dalam kerangka MEF Fase-3, dan melibatkan transfer teknologi dari Lockheed Martin ke PT Dirgantara Indonesia, yang menandai langkah strategis dalam memperkuat kemandirian pertahanan nasional.
Spesifikasi
Upgrade teknis terbaru F-16BM TNI-AU mencakup radar AN/APG-83 SABR dengan jangkauan 370 km dan kemampuan pemetaan SAR, mesin F100-PW-229EEP yang lebih bertenaga, serta potensi penambahan sistem peperangan elektronik ALQ-254 Viper Shield yang masih dikaji. Sistem senjatanya kini kompatibel dengan GBU-39/B dan AIM-120D, terintegrasi dengan Link-16 untuk komunikasi data real-time. Struktur pesawat diperkuat melalui program Falcon STAR yang menambah usia pakai hingga total 12.000 jam terbang. Modifikasi kokpit mengikuti standar Hellenic Air Force (Yunani), termasuk sistem kontrol HOTAS. Secara kronologis, upgrade dimulai sejak April 2020 dengan roll-out TS-1610, disusul penyelesaian TS-1605 pada Agustus 2024, TS-1603 pada Januari 2025, dan TS-1608 ditargetkan mencapai IOC pada 2025 meski belum final.
Biaya upgrade satu unit F-16BM diperkirakan sekitar 125 juta dolar AS menurut estimasi GAO tahun 2023, dengan pendanaan berasal dari RAPBN 2021--2025 melalui alokasi DIPA Kementerian Pertahanan RI. Saat ini, Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) masih mengevaluasi efisiensi penggunaan anggaran, namun laporan resminya untuk tahun 2024 belum dirilis. Program ini juga menghadapi potensi kenaikan biaya hingga 15 persen karena inflasi harga komponen dari Amerika Serikat, yang menjadi risiko utama dalam pelaksanaannya.
Verifikasi & Data Forensik
Dokumentasi dan verifikasi teknis program upgrade F-16BM Indonesia didukung berbagai sumber kredibel, seperti laporan GAO 2023 yang menganalisis biaya dan jadwal, audit Departemen Pertahanan AS yang menyatakan kepatuhan terhadap standar NATO ASO-2024, serta publikasi Defence & Security Asia edisi Mei 2025 yang membahas modernisasi jet tempur di kawasan ASEAN. Selain itu, kajian strategis RAND tahun 2024 menyoroti posisi kekuatan udara Indonesia di Indo-Pasifik. Visualisasi teknis mencakup render 3D Sora yang menampilkan TS-1603 dengan livery abu-abu pewter, radar SABR, dan persenjataan GBU-39/B di apron Lanud Iswahjudi. Data forensik dari parsing dokumen teknis T.O. 1F-16CJ-6-1 mencatat penggantian antena SAR pada 15 Januari 2025, yang telah divalidasi oleh teknisi Lockheed Martin dan PT Dirgantara Indonesia.
Upgrade F-16BM berdampak langsung pada peningkatan kedaulatan udara Indonesia, khususnya dalam memperkuat patroli di wilayah Laut Natuna dan Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia (ZEEI). Integrasi sistem Link-16 juga memungkinkan TNI-AU berlatih bersama dengan angkatan udara negara lain, seperti dalam latihan Pitch Black 2025 dengan RAAF Australia. Program ini merupakan bagian dari rencana jangka panjang MEF Fase-3 yang menargetkan terbentuknya 10 skuadron tempur multirole pada 2029. Saat ini, TS-1603 telah sepenuhnya operasional, sementara TS-1608 ditargetkan rampung pada 2025. Secara keseluruhan, program ini dijalankan sesuai hukum nasional dan internasional, sekaligus memperkuat posisi strategis TNI-AU di kawasan Indo-Pasifik.