Mohon tunggu...
Pena Kusuma
Pena Kusuma Mohon Tunggu... Mahasiswa Fakultas Hukum

Saya adalah content writer yang berfokus pada penulisan seputar Sains, Teknologi, Engineering, dan Matematika (STEM), serta update terkini mengenai dunia militer dan geopolitik. Mohon doanya juga, insyaallah saya bisa lolos sekali tes dalam seleksi PAPK TNI tahun 2027.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Membongkar Strategi Maritim China: Kapal Induk, Drone Tempur, dan Rudal Hipersonik yang Siap Ubah Peta Global

3 Juli 2025   12:22 Diperbarui: 3 Juli 2025   12:22 120
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Chinese aircraft carrier Fujian (Sumber: Jiangnan Shipyard)

Berdasarkan kajian mendalam terhadap data terbuka dan laporan terkini, Angkatan Laut China (PLAN) kini tengah mengembangkan serangkaian proyek strategis utama dalam dua lini utama: kapal induk dan sistem kapal selam. Pertama, Kelas Fujian (Type 003) telah memasuki tahap uji coba operasional yang mencakup peluncuran besar-besaran pesawat melalui Electromagnetic Aircraft Launch System (EMALS) dan penerapan dek berukuran lebih luas untuk mendukung operasi grup serangan; seluruh sistem ini ditargetkan siap tempur pada tahun 2026. Selanjutnya, Kelas Generasi 004, kapal induk bertenaga nuklir dengan bobot mendekati 110.000 ton dan kapasitas mengangkut lebih dari 80 pesawat, dirancang untuk menyertakan teknologi pertahanan canggih seperti laser dan drone tempur otonom, dengan prototipe dijadwalkan meluncur sekitar 2035. Di bawah permukaan laut, PLAN memperbarui armada kapal selamnya melalui dua proyek signifikan: Type 095, kapal selam serang berbasis nuklir yang mengadopsi reaktor generasi keIV dengan sistem pendingin logam cair, tingkat kebisingan sangat rendah (100dB), serta kemampuan meluncurkan rudal hipersonik CJ21, sebagai pengganti Type 093 pada 2030; dan pengembangan autonomous underwater vehicle (AUV) yang diinspirasi oleh desain KSOT Indonesia---dengan jangkauan operasi mencapai 6.000 mil dan kedalaman hingga 350 meter---serta dilengkapi teknologi AI untuk menjalankan misi pengintaian dan serangan mandiri, yang diperkirakan menjalani uji coba skala penuh pada 2027.

EMALS (Sumber: South China Morning Post)
EMALS (Sumber: South China Morning Post)

Dalam upaya memperkuat dominasi maritim secara menyeluruh, Angkatan Laut China (PLAN) secara progresif mengembangkan dua komponen utama yang saling melengkapi: sistem intelijen berbasis satelit dan perangkat persenjataan canggih untuk penyerangan presisi tinggi. Pada aspek pengintaian strategis, PLAN memanfaatkan konstelasi Jilin1, yaitu jaringan satelit observasi yang menggabungkan real-time targeting berbasis artificial intelligence (AI) dengan kemampuan pelacakan kapal permukaan secara presisi---yakni hingga 95 persen akurasi---serta pengiriman data melalui sistem komunikasi quantum satellite, dengan proyeksi total 138 unit aktif di orbit pada tahun 2025. Selain itu, Taijing4 03 telah menunjukkan kemampuan operasional dalam mendeteksi pergerakan armada angkatan laut asing secara rinci, termasuk identifikasi keberadaan kapal induk serta infrastruktur militer di pelabuhan strategis luar negeri. Di sisi ofensif, PLAN mengembangkan sistem persenjataan berteknologi tinggi seperti YJ21, sebuah rudal hipersonik laut-ke-laut dengan jangkauan antara 2.000 hingga 4.000 kilometer dan kecepatan hingga Mach 10, yang dirancang untuk menembus sistem pertahanan lawan melalui taktik tiga gelombang serangan berturut-turut, sebagaimana disimulasikan dalam skenario yang memperkirakan kerusakan total terhadap kapal induk kelas berat. Sebagai pelengkap, teknologi laser laut juga mulai diintegrasikan ke dalam platform tempur utama seperti fregat Type 055 dan kapal induk kelas Fujian, dengan fungsi utama menetralkan ancaman udara ringan seperti drone dan unmanned aerial vehicles (UAV) serta menghancurkan perangkat sensorik berbasis optik secara presisi, sehingga menciptakan sistem pertahanan berlapis yang adaptif terhadap ancaman modern.

Dalam kerangka modernisasi militer yang berfokus pada keunggulan teknologi dan fleksibilitas taktis, Angkatan Laut China (PLAN) mengarahkan investasinya ke dalam dua bidang strategis yang saling menunjang: sistem nirawak dan penguatan armada permukaan serta logistik tempurnya. Pada lini peperangan asimetris, PLAN mengembangkan drone tempur siluman yang dapat dioperasikan langsung dari kapal induk untuk melaksanakan berbagai misi, mulai dari electronic warfare, manuver kamikaze, hingga pengintaian taktis dan peluncuran torpedo ringan dalam satu platform multifungsi. Inovasi ini dilengkapi dengan sistem drone swarm, yaitu konsep peluncuran simultan dalam jumlah besar dari vertical launching system (VLS) milik kapal perang, dengan konfigurasi quad-pack yang memungkinkan pelepasan hingga 24 drone per sel, guna menciptakan saturasi serangan terhadap sistem pertahanan lawan. Di sisi lain, kekuatan tempur permukaan PLAN juga diperkuat melalui pengembangan fregat Type 054B yang telah mengalami peningkatan signifikan berupa integrasi sistem propulsi listrik dan radar active electronically scanned array (AESA) multifungsi, menjadikannya unsur vital dalam misi pengawalan kapal induk dan operasi anti-submarine warfare. Untuk menjamin kesinambungan operasi di laut lepas, PLAN juga mempersiapkan pembangunan kapal logistik canggih dengan kapabilitas pengisian bahan bakar otomatis serta dukungan penuh terhadap operasional drone, yang direncanakan siap memasuki fase implementasi bertahap antara tahun 2028 hingga 2035. Seluruh inisiatif ini secara kolektif menunjukkan transisi PLAN menuju struktur kekuatan laut berorientasi teknologi tinggi yang adaptif terhadap dinamika konflik kontemporer.

Type 095 (Sumber: Bohai Shipbuilding Heavy Industrial Corporation)
Type 095 (Sumber: Bohai Shipbuilding Heavy Industrial Corporation)

Dalam rangka membangun fondasi kekuatan laut yang berkelanjutan dan mampu menjawab tuntutan geopolitik masa depan, Angkatan Laut China (PLAN) mengintegrasikan pengembangan infrastruktur strategis dengan ekosistem pertahanan berteknologi tinggi secara sistemik dan bertahap. Salah satu inisiatif utama mencakup pembangunan pangkalan kapal selam multi-lokasi yang dirancang tersebar di wilayah timur dan selatan, guna memperluas cakupan operasi bawah laut serta meningkatkan ketahanan logistik, dengan inspirasi dari desain dermaga modular berstandar industri maritim modern. Di sisi lain, PLAN juga merintis pelabuhan otomatis yang mengandalkan derek berbasis artificial intelligence (AI)---sektor yang kini didominasi oleh industri nasional China---serta sistem logistik otonom untuk efisiensi pergerakan material tempur dan dukungan armada secara real-time. Dalam skema jangka panjang, seluruh proyek besar ini terstruktur dalam kerangka waktu yang jelas: dari kapal induk kelas Fujian (Type 003) yang dilengkapi electromagnetic aircraft launch system (EMALS) dan dirancang untuk operasi serangan berkelompok pada 2026; kapal selam nuklir Type 095 berteknologi reaktor generasi keempat dan persenjataan CJ21 yang ditargetkan operasional penuh pada 2030; hingga rudal hipersonik YJ21 yang mencapai kecepatan Mach 10 dengan jangkauan 4.000 km, direncanakan dikerahkan pada 2027. Proyek lain seperti konstelasi satelit Jilin1 dengan AI-based targeting dan pelacakan waktu nyata ditujukan untuk skala penuh pada 2025, sedangkan drone tempur berbasis kapal induk (UCAV) dengan kemampuan stealth dan electronic warfare diharapkan siap operasional pada 2028. Secara strategis, semua pengembangan ini dikonsolidasikan dalam tiga doktrin utama: pertama, anti-access/area denial (A2/AD) yang mengandalkan sinergi rudal hipersonik dan satelit berkemampuan AI guna mencegah intervensi militer asing di kawasan Taiwan dan Laut China Selatan; kedua, pendekatan civil-military fusion (CMF), yakni integrasi sistematis teknologi sipil seperti AI dan satelit komersial ke dalam ekosistem pertahanan nasional; dan ketiga, penguatan deterrence nuklir melalui komponen laut dalam triad nuklir, khususnya lewat kapal selam generasi terbaru berbasis nuklir. Respons global terhadap dinamika ini pun berkembang, termasuk langkah revitalisasi industri galangan kapal Amerika Serikat melalui kebijakan executive order pada 2025 yang bertujuan menyeimbangkan dominasi China yang kini menguasai mayoritas pasar kapal dunia. Meski banyak informasi tentang proyek-proyek seperti sistem hipersonik dan kapal selam nuklir masih tergolong rahasia dan hanya dapat ditafsirkan melalui indikasi terbuka, blueprint seperti "Made in China 2025" dan penilaian lembaga think tank Barat telah memberikan petunjuk arah strategisnya. Keseluruhan inisiatif ini menandai pergeseran besar dari sekadar pembangunan alat utama sistem persenjataan menuju konstruksi ekosistem militer yang sepenuhnya terintegrasi---berbasis AI, ruang angkasa, dan kecepatan hipersonik---yang secara konseptual membentuk paradigma baru peperangan tanpa kontak dan membuka jalan bagi proyeksi kekuatan maritim global pasca-2040.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun