PT Dirgantara Indonesia (PTDI) telah menunjukkan komitmen yang kuat dalam memperkuat pertahanan nasional melalui peningkatan kemampuan pesawat patroli maritim CN235 MPA. Proyek peningkatan ini, yang melibatkan kerja sama internasional, telah memenuhi standar kualitas yang ditetapkan oleh Komando Sistem Udara Angkatan Laut AS (NAVAIR) dan firma AS Integrated Surveillance and Defense (ISD). Program ini diharapkan dapat memberikan peningkatan signifikan dalam kemampuan Indonesia untuk menjaga kedaulatan wilayah lautnya.
Program peningkatan CN235 MPA adalah hasil dari kontrak Foreign Military Sales (FMS) yang diluncurkan oleh Amerika Serikat pada awal 2024. ISD, bersama dengan NAVAIR dan PTDI, berhasil menyelesaikan Critical Design Review (CDR) pada Desember 2024, menandai kematangan desain dan kesiapan produksi. Blaise Dagilaitis, Presiden ISD, menegaskan bahwa kemitraan AS-Indonesia ini meningkatkan kemampuan patroli maritim Indonesia, khususnya dalam mendeteksi ancaman di wilayah perairan. Dua unit CN235 TNI AL dan satu Beechcraft King Air 350i akan dilengkapi dengan teknologi canggih, termasuk radar pengawasan maritim dengan kemampuan deteksi objek kecil hingga 200 mil laut, sensor elektro-optik/inframerah (FLIR Star SAFIRE 380HD) untuk pemantauan real-time, dan Sistem Identifikasi Otomatis (AIS) untuk melacak kapal mencurigakan.
CN235 MPA merupakan varian pesawat patroli maritim yang didesain khusus untuk operasi pengawasan laut. Beberapa keunggulannya antara lain: radar AN/APS-13C(V)3 OceanEye yang dilengkapi dengan fitur Identification Friend or Foe (IFF), kemampuan mendeteksi target kecil, dan fungsi Anti-Surface Warfare (ASuW); mesin General Electric CT7-9C yang masing-masing menghasilkan 1.750 shp, memungkinkan pesawat mencapai kecepatan jelajah 438 km/jam dan terbang hingga 9 jam; serta radius operasional hingga 2.098 mil laut dengan durasi terbang antara 8-10 jam. Pesawat ini juga mampu mengidentifikasi objek dari ketinggian 18.000 kaki dan mengirimkan data secara real-time ke markas, termasuk visualisasi aktivitas di dek kapal.
Pesawat CN235 Maritime Patrol Aircraft (MPA) telah menjadi aset strategis TNI AL dalam melaksanakan operasi pengawasan di wilayah perairan terluar Indonesia. Salah satu contoh operasionalnya terlihat di perairan utara Papua, di mana pesawat dengan nomor registrasi P-8303 dari Skuadron Udara 800 secara rutin melakukan patroli untuk mencegah pelanggaran di Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) Indonesia, termasuk di area perbatasan dengan Palau. Kolonel Laut (P) Adam Firmansyah, Komandan Wing Udara 2 Puspenerbal, menegaskan bahwa sinergi antara operasi udara dan laut merupakan kunci utama dalam mempertahankan kedaulatan maritim Indonesia. Keberhasilan program upgrade CN235 MPA juga menarik perhatian internasional, seperti yang terlihat dari demo flight yang dilakukan PTDI untuk Royal Thai Navy (RTN) pada Januari 2025, yang membuka peluang ekspor dan kerja sama pertahanan regional. Program ini tidak hanya mencerminkan modernisasi alutsista, tetapi juga menunjukkan kemandirian industri pertahanan Indonesia. Kolaborasi PTDI dengan mitra internasional telah memperkuat posisi Indonesia sebagai produsen teknologi pertahanan yang kompetitif di tingkat global, sekaligus memastikan kesiapan TNI AL dalam menghadapi tantangan keamanan maritim di tengah dinamika geopolitik yang semakin kompleks.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI