Mohon tunggu...
Sutrisno Penadebu
Sutrisno Penadebu Mohon Tunggu... Penulis - Menulis menebar kebaikan, Menulis apa saja bila ide datang

Sutrisno dengan nama pena Penadebu, ASN di Babulu kabupaten Penajam Paser Utara. Menulis di beberapa media baik cetak maupun online telah menerbitkan beberapa jurnal, prosiding, dan beberapa buku. Kini menjadi pengurus organisasi profesi. Menjadi instruktur lokal dalam kegiatan menulis dan guru inti. Sutrisno dapat dihubungi di: 1. HP/Wa : 081253791594 2. Facebook : Sutrisno babulu 3. Email : sutrisnok809@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Ramadan Pilihan

Kesadaran Diri Menggunakan Medsos

30 Maret 2024   05:00 Diperbarui: 30 Maret 2024   05:08 713
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Interaksi langsung saat Raamdan salah satu wujud menyeimbangkan penggunaan medsos-Dokpri

Kesadaran Diri Menggunakan Medsos


"Menghadapi tantangan teknologi modern dengan bijaksana,  penuh kesadaran.  Menjadi teladan bagi banyak orang yang ingin menemukan keseimbangan dalam bermedsos"


Penadebu@Puasa media sosial, sebagai fenomena yang semakin popular. Puasa media sosial adalah praktik mengurangi atau bahkan menghindari penggunaan platform media sosial selama periode waktu tertentu. Tujuan dari puasa ini bervariasi, tetapi seringkali meliputi upaya untuk meningkatkan kesejahteraan mental. Hal ini bertujuan mengurangi ketergantungan pada teknologi, atau bahkan mendekatkan diri pada spiritualitas. Terlebih saat menjalankan ibadah puasa seperti sekarang ini.

Percaya atau tidak, sering kali kita Ketika mulai bermain asyik dengan gawai kita terklik gambar, video yang seharusnya tidak ditonton. Mau ditonton membuat penasaran. Ujung-ujungnya dintip-ngintip, akhirnya..ya gitu. Mau dilewatkan barang bagus. Tidak dilewat berseliweran di dinding kita.

Puasa media sosial sebagai langkah positif untuk mengembalikan keseimbangan dalam kehidupan digital. Dengan semakin banyaknya waktu yang dihabiskan di platform-platform tersebut, puasa media sosial menawarkan kesempatan untuk merefleksikan kebiasaan penggunaan teknologi yang mungkin berlebihan.

Salah satu manfaat utama dari puasa media sosial adalah meningkatkan kesehatan mental. Dengan mengurangi paparan terhadap konten yang memicu stres, perasaan tidak kuat, atau komparasi sosial, individu dapat merasakan peningkatan dalam kesejahteraan psikologis mereka. Ini juga dapat mengurangi gejala kecanduan media sosial yang semakin umum, seperti kegelisahan dan depresi.


Selain itu, puasa media sosial dapat membuka pintu untuk menemukan kegiatan yang lebih bermakna atau produktif. Tanpa tergantung pada pembaruan terus-menerus dari berbagai platform, individu dapat menghabiskan waktu mereka untuk hal-hal seperti membaca, berolahraga, atau menghabiskan waktu bersama keluarga dan teman-teman.

Namun, ada juga beberapa kritik terhadap puasa media sosial. Beberapa berpendapat bahwa ini hanya menangani gejala dari masalah yang lebih besar, yaitu ketergantungan pada teknologi. Tanpa benar-benar mengatasi akar masalah. Selain itu, bagi beberapa orang, terutama mereka yang bergantung pada media sosial untuk pekerjaan atau komunikasi sosial, puasa semacam itu mungkin tidak praktis atau memungkinkan.
**
Amir, Jaya, Nanda, dan Sabrina adalah empat teman yang saling terhubung melalui berbagai platform media sosial. Mereka adalah bagian dari generasi yang terus terhubung secara digital. Mereka mulai menyadari bahwa ketergantungan mereka pada media sosial mulai mengganggu kehidupan sehari-hari mereka.

Amir adalah seorang pekerja kantoran yang selalu sibuk dengan tumpukan pekerjaan. Dia juga menemukan dirinya terperangkap dalam lingkaran tak berujung melalui gulungan berita media sosial. Setiap kali dia mencoba fokus pada pekerjaannya, notifikasi dari platform-platform tersebut selalu mengalihkan perhatiannya.

Jaya adalah seorang mahasiswa seni yang sebenarnya ingin menghabiskan lebih banyak waktu untuk berkarya. Dia menemukan dirinya terjebak dalam pola membandingkan karyanya dengan orang lain di media sosial. Setiap kali dia mencoba untuk menggambar atau melukis, dia merasa tidak aman dengan karya-karya teman-temannya yang tampaknya lebih populer atau dihargai.

Nanda adalah seorang atlet yang menemukan bahwa media sosial memengaruhi kinerjanya di lapangan. Dia sering kali tergoda untuk memeriksa feednya saat dia seharusnya beristirahat atau berkonsentrasi pada latihan, yang akhirnya memengaruhi performanya.

Sementara itu, Sabrina adalah seorang pengusaha muda yang mengandalkan media sosial untuk mempromosikan bisnisnya. Namun, dia menyadari bahwa terlalu banyak terlibat dalam platform-platform tersebut mengakibatkan stres dan kelelahan yang berlebihan.  Dia merindukan waktu untuk berkoneksi secara nyata dengan pelanggan dan rekan bisnisnya.

Merasa tertekan oleh dampak negatif media sosial dalam kehidupan mereka, Amir, Jaya, Nanda, dan Sabrina memutuskan untuk melakukan puasa media sosial bersama-sama. Mereka menyepakati untuk tidak menggunakan platform-platform tersebut selama sebulan penuh. Harapan bahwa ini akan memberi mereka kesempatan untuk meresapi kehidupan di luar layar. Mereka menjalankan ibadah puasa dengan totalitas. Endingnya sukses, puasa, sukses, tadarus, sukses zakat fitrah dan sukses iktikafnya.

Selama bulan tersebut, mereka menemukan bahwa puasa media sosial memberi mereka ruang untuk merasakan kebahagiaan yang lebih autentik. Koneksi yang lebih mendalam dengan orang-orang di sekitar mereka. Mereka akan lebih banyak waktu untuk mengejar minat dan hobi mereka yang sebenarnya. Mereka juga menemukan dukungan satu sama lain melalui proses tersebut. Persahabatan mereka membuktikan bahwa kebersamaan adalah kunci untuk mengatasi tantangan ketergantungan media sosial. Dengan demikian, puasa media sosial tidak hanya membawa perubahan individu, tetapi juga mengukuhkan ikatan persahabatan mereka.

Setelah sebulan berlalu, Amir, Jaya, Nanda, dan Sabrina merasa lebih bugar secara mental dan emosional. Mereka menyadari betapa besar pengaruh media sosial terhadap kehidupan mereka sebelumnya, dan bagaimana puasa tersebut telah membantu mereka mendapatkan kembali kendali atas waktu dan perhatian mereka.

Amir menemukan bahwa fokusnya meningkat secara signifikan setelah mengurangi gangguan media sosial. Dia menjadi lebih produktif di tempat kerja. Amir mampu menyelesaikan tugas-tugasnya dengan lebih efisien tanpa terganggu oleh notifikasi dan perbandingan tidak sehat.

Jaya menemukan kembali kepercayaan dirinya dalam seni setelah tidak lagi membandingkan dirinya dengan orang lain di media sosial. Tanpa tekanan untuk mendapatkan persetujuan dari orang lain. Dia bisa mengeksplorasi kreativitasnya dengan lebih bebas. Harapannya menghasilkan karya-karya yang lebih otentik dan memuaskan baginya.

Nanda menemukan bahwa kinerjanya di lapangan meningkat secara signifikan. Ini terjadi setelah mengurangi gangguan media sosial. Dengan lebih fokus pada latihan dan istirahat yang tepat, dia bisa mencapai hasil yang lebih baik dalam kompetisi dan merasa lebih segar secara fisik dan mental.

Sabrina menemukan bahwa dengan mengurangi waktu yang dihabiskan di media sosial, dia memiliki lebih banyak energi dan waktu untuk berinvestasi. Dia dapat berinteraksi secara lebih langsung dengan pelanggan dan rekan bisnisnya. Akibat dari hal tersebut dapat meningkatkan hubungan mereka dan membantu pertumbuhan bisnisnya.

Setelah pengalaman puasa media sosial ini, Amir, Jaya, Nanda, dan Sabrina memutuskan untuk tetap mempertahankan kebiasaan sehat mereka dalam menggunakan media sosial. Mereka menyadari bahwa platform-platform tersebut dapat menjadi alat yang bermanfaat jika digunakan dengan bijaksana. Namun mereka memahami pentingnya menetapkan batasan untuk menjaga keseimbangan dalam hidup mereka. Dengan demikian, mereka bergerak maju dengan lebih sadar dan berdaya dalam interaksi mereka dengan dunia digital.

Setiap bulan, mereka mengadakan pertemuan rutin untuk saling mendukung dan memotivasi satu sama lain. Dari sinilah mereka dapat menjaga keseimbangan penggunaan media sosial. Mereka juga membagikan pengalaman mereka dengan orang lain, menginspirasi banyak orang di sekitar mereka untuk mengadopsi praktik yang serupa.

Seiring berjalannya waktu, Amir, Jaya, Nanda, dan Sabrina menyadari bahwa keputusan untuk melakukan puasa media sosial telah membawa dampak yang jauh lebih besar daripada yang mereka perkirakan. Mereka tidak hanya menemukan keseimbangan dalam hidup digital mereka, tetapi juga merasakan peningkatan kualitas hidup secara keseluruhan.

Melalui perjalanan ini, mereka belajar pentingnya kesadaran diri, kontrol diri, dan hubungan yang mendalam dengan orang-orang di sekitar mereka. Mereka menyadari bahwa kebahagiaan dan kesejahteraan tidak selalu tergantung pada popularitas atau persetujuan online. Itu semua juga bisa didapat lebih pada koneksi manusiawi yang nyata dan pencapaian pribadi yang bermakna.

Dengan semangat baru yang ditemukan, Amir, Jaya, Nanda, dan Sabrina melanjutkan perjalanan mereka dalam hidup dengan penuh keyakinan.   Mereka dapat menghadapi tantangan teknologi modern dengan bijaksana. Menghadapi tantangan dengan penuh kesadaran.  Mereka menjadi teladan bagi banyak orang yang ingin menemukan keseimbangan yang sama dalam hidup mereka.

Babulu, 30 Maret 2024
#Penadebu_
#ramadan bercerita 2024
#ramadan bercerita 2024 hari 20

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun