BBM itu sumber daya alam yang tidak terbarukan. Jumlahnya makin sedikit, sementara peminat (pengguna kendaraan bermotor) semakin banyak; harga minyak pasti akan semakin mahal. Ini teori ekonomi dasar.
Tapi tidak seluruh masyarakat Indonesia siap menghadapi kenaikan harga BBM & barang-barang lainnya kan?
Makanya dibuat mampu, dong! Ketimbang ngasih diskon BBM, mending masyarakatnya dibikin lebih mapan.
Jika harga BBM pasti semakin mahal, lalu kenapa pemerintah masih belum mengambil keputusan?
Idealnya memang yang didiskusikan para anggota dewan yang terhormat adalah 'bagaimana cara mengkomunikasikan keputusan ini ke masyarakat', bukannya 'jadi harga BBM naik apa tidak nih?'. Tapi inilah politik, semua saling incar posisi untuk meraih kedudukan tertinggi.
Apa hubungannya kenaikan harga BBM dengan politik?
Jika benar pro rakyat, yang disuarakan oleh para elit politik harusnya bukan "menolak kenaikan harga BBM" tapi "jaminan pembangunan infrastruktur" yang rencananya didapat dari bagian/alokasi subsidi BBM. Kesejahteraan masyarakat bukan diukur dengan mampu/tidak beli BBM kok.
Lalu kenapa masih banyak pihak yang menolak kenaikan BBM?
Agar terkesan membela rakyat. Pemerintah yang sekarang pun (SBY & Demokrat) pernah menurunkan harga BBM dengan dalih 'pro rakyat', padahal ya memang saat itu harga minyak dunia memang sedang turun.
Katanya harga BBM akan selalu naik? Kok itu bisa turun?
Saat itu Amerika Serikat sedang kena krisis ekonomi, jumlah permintaan pun turun karena Amerika tidak bisa belanja banyak. Kembali ke teori ekonomi dasar tadi: peminat berkurang ketika jumlah barang tetap akan mengakibatkan turunnya harga jual.